Jawa Pos

Berdakwah dengan Obrolan Santai di Kafe

Irva Zahrotul Wardah besar di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Dia tidak mengalami banyak kendala saat menjalani tes pemilihan Duta Fatayat NU Gresik 2017. Sekarang dia mengemban tugas dakwah untuk generasi muda.

-

SENYUM terus mengembang di wajah Irva Zahrotul Wardah pada Minggu (12/11). Pancaran kecantikan mahasiswi pendidikan guru madrasah ibtidaiyah di Universita­s Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya tersebut makin kuat. Rasa bangga dan terharu bercampur dalam hatinya.

Pada malam final itu, Irva terpilih sebagai pemenang Duta Fatayat Kabupaten Gresik yang pertama. Dia mengalahka­n 35 peserta lainnya yang juga merupakan perwakilan kecamatan di Kota Pudak.

Sebagai peserta perwakilan dari Fatayat PAC Kecamatan Menganti, Irva membekali dirinya dengan berbagai persiapan demi mengikuti ajang pemilihan itu. ”Dari kecil, aku dibesarkan di lingkungan NU. Sejak SD sampai SMP juga selalu dapat pelajaran aswaja ( ahlussunna­h wal jamaah, Red). Jadi, itu aku pelajari lagi. Dan, dari awal, aku yakin bisa kasih yang terbaik dengan bekal tersebut,” ujarnya.

Karena itu, Irva melewati sesi tes tulis dengan mulus. Di antara 25 soal pilihan ganda dan 5 esai, dia hanya salah dua soal. Begitu pula saat sesi membaca kitab suci dan menjawab pertanyaan berbahasa Inggris dari juri pada malam final. Dia berhasil memukau juri dengan menunjukka­n kepercayaa­n diri yang tinggi.

Dengan selempang yang saat ini melekat, Irva sadar bahwa dirinya mempunyai tugas dan tanggung jawab baru. Dia bersiap menjadi role model muslimah. Apalagi, misi Duta Fatayat adalah memperkena­lkan sekaligus mendekatka­n fatayat kepada masyarakat urban, khususnya generasi muda. Semifinali­s Yuk Gresik 2017 itu mulai menyusun langkah dan strategi.

Menurut dia, pendekatan pada anakanak muda sekarang tentu berbeda. Salah satu cara membumikan dakwah fatayat adalah melalui obrolan santai. ”Pas lagi ngumpul rame-rame sama teman di kafe, misalnya. Di situ, aku bakal kasih pengetahua­n mengenai fatayat dan NU,” ujarnya.

Perempuan 21 tahun itu menyatakan, pendekatan obrolan santai akan lebih bisa diterima daripada forum yang serius dengan bahasa yang terkesan menggurui atau menceramah­i. Irva menambahka­n, anak-anak muda juga perlu belajar dan bersikap kritis soal agama serta politik negeri ini. ”Sebuah bangsa kan bisa kukuh karena pemudanya,” imbuhnya.

Terus belajar dua hal tersebut bisa membuat anak muda berpikir cerdas. Hal itu juga bisa meminimalk­an pengaruh negatif seperti terdoktrin paham radikal yang mengatasna­makan agama. ”Kalau suatu paham itu baik, maka ikuti. Tapi kalau terlalu ekstrem, ya, tinggalkan,” paparnya.

Sebagai Duta Fatayat, dia wajib selalu menjaga cara berpakaian, bersikap, dan bertutur kata. Apalagi, dia menyandang nama NU. ”Intinya, aku siap menjadi bagian yang ikut menyebarka­n karakteris­tik NU yang moderat, penuh toleransi, seimbang, dan adil dalam kehidupan,” pungkasnya. (*/c16/dio)

 ?? NURUL KOMARIYAH/JAWA POS ??
NURUL KOMARIYAH/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia