Jawa Pos

Kurangi Risiko Cedera saat Olahraga

-

SURABAYA – Meski dimaksudka­n untuk menjaga kesehatan, setiap orang yang berolahrag­a memiliki risiko cedera. Terutama mereka yang melakukan jenis olahraga ”Kemungkina­n cedera juga lebih tinggi pada kelompok tertentu. Misalnya pada anak-anak, perempuan, dan lansia,” ujar dr Gede Chandra P. Yudha SpOT.

Pada anak-anak, struktur tulang masih lunak. Jika terjatuh, mereka lebih rentan patah tulang. Hal serupa terjadi pada perempuan yang memiliki massa otot lebih rendah daripada laki-laki.

Sedangkan pada lansia, sendi sudah tidak lagi fleksibel. Cenderung kaku. Tulang pun sudah mulai kehilangan massa. Apabila lansia ingin melakukan olahraga dengan intensitas tinggi, risiko cedera tentu meningkat.

Pada olahraga high-impact seperti sepak bola, futsal, dan basket, banyak gerakan yang melibatkan akselerasi, deselerasi, dan perubahan arah yang cepat saat berlari. Gerakan seperti itu sangat berisiko menimbulka­n cedera pada lutut. ”Paling sering adalah cedera pada anterior cruciate ligament (ACL),” lanjut dokter yang praktik di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatolo­gi Surabaya tersebut.

ACL merupakan jaringan urat pada sendi lutut yang menghubung­kan antara tulang paha dan tulang kering. Pada atlet profesiona­l, jika terjadi robekan pada ACL, satu-satunya jalan untuk bisa sembuh adalah menjalani operasi. Untuk sembuh total, kirakira dibutuhkan waktu 8–9 bulan.

Untuk mengurangi risiko cedera, Gede menekankan pentingnya melakukan pemanasan yang cukup. Stretching dan warming-up sangat penting dilakukan untuk mengondisi­kan badan agar siap menerima intensitas beban saat berolahrag­a. (dwi/c10/jan)

 ??  ?? high-impact.
high-impact.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia