Pusat Grosir Terbesar Sumbar Ludes Terbakar
Tokoh Oposisi Tak Setuju Kudeta Militer
HARARE – Ramai disebut dijadikan tahanan rumah oleh militer yang mengudetanya, Robert Mugabe muncul di hadapan publik kemarin (17/11). Presiden Zimbabwe itu menghadiri wisuda tahunan Zimbabwe Open University di ibu kota Harare.
”Presiden Mugabe tidak berpidato dalam acara tersebut. Tapi, dialah yang membuka acara, kemudian ikut menyanyikan lagu kebangsaan bersama semua orang yang hadir di ruangan itu,” kata seorang peserta wisuda kepada Reuters.
Mugabe yang dikudeta Rabu lalu (15/11) datang tanpa pengawalan ketat. Tidak ada Ibu Negara Grace dan Menteri Pendidikan Jonathan Moyo dalam acara tersebut.
Sementara itu, negosiasi militer dengan tokoh 93 tahun tersebut tetap berlangsung alot. Tapi, bisa dipastikan Mugabe bakal kehilangan dukungan politik seiring rencana partai penguasa, Zimbabwe African National Union-Patriotic Front (ZANU-PF), untuk memecatnya.
Meski sebagian besar penduduk Zimbabwe menginginkan Mugabe lengser dari kursi presiden yang didudukinya sejak 1987, ada sebagian lain yang begitu memuja dia. Kemarin, misalnya, saat menuju podium dalam acara wisuda tersebut, Mugabe panen tepuk tangan dan dukungan dari hadirin.
Morgan Tsvangirai, pentolan oposisi Zimbabwe, menegaskan bahwa Movement for Democratic Change (MDC) tidak mendukung kudeta militer. Kendati partai yang dia pimpin itu memang menginginkan berakhirnya pemerintahan Mugabe, menurut Tsvangirai, kup bukanlah jalan yang paling baik.
”Kudeta telah terjadi, tapi militer bukanlah pemimpin de facto. Kami membutuhkan pemerintahan transisi sipil,” ujarnya.
Pemerintahan transisi pun butuh pemimpin. Sejauh ini, tidak ada tokoh yang lebih menonjol dari Mugabe di Zimbabwe. Karena itu, saat bergulir wacana soal pemimpin sipil yang baru, rakyat tak punya banyak pilihan.
Jika bukan Tsvangirai, Mnangagwa-lah yang berpeluang. Politikus yang disingkirkan Mugabe dari pemerintahannya pekan lalu itu adalah tokoh militer yang juga disegani rakyat sipil.
Mnangagwa, kabarnya, merupakan otak di balik kudeta. Politikus andal yang sebelumnya berprofesi sebagai pengacara itu adalah putra seorang petani yang melek politik. Sejak umur 16 tahun, Mnangagwa aktif berjuang demi negara.
”Emmerson Mnangagwa tidak beda jauh dengan Mugabe. Dia haus kekuasaan, korup, dan gemar merepresi rakyat. Dia bahkan jauh lebih keji,” kata Peter Fabricius, pe ngamat politik dari Afrika Selatan.
Di dalam negeri, Mnangagwa dikenal dengan julukan Ngwenya. Kata dalam bahasa Xhosa itu berarti buaya. ”Seperti buaya, dia sabar menantikan saat yang tepat sebelum muncul ke permukaan untuk menangkap mangsa. Dan, sekaranglah saat yang tepat itu,” papar Fabricius. (AP/Reuters/ BBC/aljazeera/c17/hep)