Tradisi Harus Lestari
DALAM tradisi masyarakat suku Bajo, gelar Mbo disematkan untuk para leluhur, nenek moyang, dan para tetua kampung. Nenek moyang suku Bajo di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate (TNTB) adalah Mbo Pote. Ya, Mbo Pote adalah orang pertama yang datang dan membuat pondok di Pasitallu Timur, wilayah paling ujung TNTB.
Meski bermukim di daratan, Mbo Pote tidak melupakan ajaran tentang kearifan hidup berdampingan dengan laut. Kearifan itu dia turunkan kepada anak cucu. Namun, seiring berjalannya waktu, kini lebih banyak anak Bajo yang memilih pergi ke kota. Meninggalkan laut sebagai sumber penghidupan.
Yang masih bertahan pun tidak lantas teguh memegang nilai-nilai luhur adatnya. ”Orang Bajau (Bajo, Red) itu masih menjalankan kearifan tradisinya, tidak perlu ada UU Konservasi,” ucap Moh. Yakub, ketua Same Sulaya Indonesia, sebuah lembaga swadaya masyarakat suku Bajo di Selayar yang mengajak sukunya kembali ke tradisi yang dimiliki.
Salah satu wujud upaya Yakub adalah membuat Festival Suku Bajau dan Kemah Konservasi pada 25–26 Oktober di Pulau Pasitallu Timur. Satu-satunya pulau di kawasan TNTB yang masih murni dihuni anak keturunan suku Bajo, belum tercampur suku pendatang lain. ”Kami ingin tunjukkan, suku Bajau bisa terdidik, mampu menata ekonomi dengan kerafian lokal kami,” ucapnya.
Inilah sekelumit tradisi yang terasa kelestariannya dalam festival tersebut. (lin/c11/dos)