Jawa Pos

Selalu Bawa Tas Khusus ke Istana

-

Seperti penampilan umumnya yang bersahaja, Jokowi, menurut Herman, juga tidak pernah neko-neko soal potongan rambut. Paling cuma minta dirapikan. Soal panjang pendeknya juga nurut dengan Herman.

”Lebih rewel artis baru,” imbuhnya, lantas tergelak.

Karena itu, memotong rambut Jokowi tak membutuhka­m waktu lama. Cukup 15 hingga 20 menit. Kalau ditawari pijat atau creambath, Jokowi selalu menolak.

”Saya pernah tanya ke Kaesang kenapa bapak nggak mau dipijat. Eh, malah dijawab guyon, nanti tulang bapak patah hehehe,” kenangnya.

Tiap presiden Indonesia punya tukang cukur kepercayaa­n sendiri. Karena Indonesia baru punya enam kepala negara sejak merdeka 72 tahun lalu, otomatis tukang cukur seperti Herman tergolong langka.

Bahasa kerennya, in a league of their own. Tapi, tentu bukannya tanpa konsekuens­i.

Sebagai tukang pangkas rambut presiden, Herman harus siap setiap saat. Sebab, terkadang Jokowi, lewat ajudannya, secara mendadak minta potong rambut.

Repotnya, protokoler kepresiden­an demikian ketat. Pernah suatu ketika Herman tidak memakai celana kain. Jadilah, dia tidak boleh masuk ke istana oleh Paspampres meski sebenarnya diminta datang oleh presiden.

”Akhirnya saya pinjam celana salah satu penjaga di istana,” ungkapnya.

Setiap ke Istana Negara, Herman juga selalu membawa tas khusus. Isinya peralatan potong rambut khusus Jokowi. Jawa Pos kemarin sempat mengulik isi tas kotak berwarna hitam itu.

Isinya juga tidak terlalu banyak. Ada gunting, penyemprot air, dan alat cukur rambut. ”Tidak ada yang berbeda, hanya memang harus disendirik­an,” tuturnya.

Bukan atas permintaan Jokowi. Namun, menurut Herman, itu wujud pelayanan khusus bagi sang pelanggan istimewa.

”Dikasih berapa, ya? Bisa buat beli sawah,” canda Herman ketika ditanya tarif potong rambut Jokowi.

Dia enggan menyebutka­n pastinya. Namun, menurut dia, jumlahnya tidak sebanyak yang orang bayangkan. ” Yang penting itu kepercayaa­nnya,” tuturnya.

Sejak menjadi tukang cukur kepercayaa­n Jokowi, pertanyaan yang paling sering dia terima memang soal tarif. Baik dari teman, keluarga, maupun tetangga di Garut. Mereka sering menanyakan pengalaman­nya masuk istana.

Berkah lain menjadi tukang cukur Jokowi tentu saja menjadi terkenal. ”Cukup populer di kampung. Beberapa kali juga masuk TV,” katanya, lantas terkekeh. (*/c10/ttg)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia