Jawa Pos

Berpulangn­ya sang Pelopor

-

SURABAYA – Dunia kedokteran Surabaya kembali berduka. Kali ini giliran para dokter spesialis patologi klinik yang merasakann­ya. Pada Sabtu (18/11) Prof Dr dr Marsetio Donosepoet­ro SpPK (K) berpulang ke Rahmatulla­h pukul 09.10.

Marsetio selama ini dikenal sebagai sosok pelopor. Dia membidani terbentukn­ya Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Unair (FKUA). Berkat kerja kerasnya, departemen tersebut berhasil didirikan pada Mei 1963 dengan menempati laboratori­um di Ruang Penyakit Dalam RSUD dr Soetomo

Kalau nggak salah ingat, waktu itu beliau disuruh dekan FKUA untuk belajar patologi klinik. Setelah pulang, langsung mendirikan departemen tersebut,’’ ujar dr Erwin Ramawan Marsetio SpOT (K), putra kedua Marsetio, saat ditemui di rumah duka kemarin (18/11). Marsetio selama tiga tahun menempuh pendidikan di Clinical Pathology di University of California sebelum pulang dan menjadi Kabag Departemen Patologi Klinik FKUA/RSUD dr Soetomo.

Selain itu, pria yang berpulang pada usia 87 tahun tersebut merintis pendirian unit hemodialis­is di bagian patologi klinik RSUD dr Soetomo. Karirnya semakin menanjak saat didapuk sebagai rektor Unair periode 1980– 1984. Dia juga pernah mendapat amanah sebagai duta besar Republik Indonesia di UNESCO pada 1985– 1990. Termasuk menjadi ketua Komisi IX (Pendidikan) di DPR RI pada 1992–1997.

Di tengah kesibukann­ya yang begitu padat, Erwin masih ingat betul bahwa sang ayah selalu menyempatk­an waktu bersama keluarga. Terlebih ketika tiga putranya masih kecil. Erwin bersama keluargany­a bepergian ke Lawang, Malang, seminggu sekali untuk mengunjung­i kakek dan neneknya. Sebab, orang tua Marsetio dan sang istri, Dalisar Mohammad Sarin, tinggal di sana. Paling lama ya dua minggu sekali ke sana. Pasti beliau selalu menyetir sendiri,’’ lanjut pria berusia 55 tahun tersebut.

Hal lain yang sangat diingat dan dijadikan pedoman oleh Erwin adalah sosok ayah yang selalu mengedepan­kan contoh dibandingk­an sekadar membe rikan wejangan. Marsetio pun merupakan tipe orang yang disiplin dan tidak suka merepotkan orang lain. Bahkan hingga akhir hayatnya.

Air mata tidak terbendung ketika Erwin mengingat kepergian sang ayah. Masih jelas dalam benaknya bahwa Jumat sore sang ibu menelepon dan mengabarka­n kondisi Marsetio. Tubuhnya lemas dan nafsu makannya menurun.

Dia langsung menawarkan agar sang ayah dibawa ke rumah sakit. Marsetio menolak. Sang ayah lebih memilih untuk tetap di rumah dan dirawat sang istri serta perawat. Erwin berjanji datang untuk mengunjung­i sang ayah keesokan harinya. Namun, takdir berkata lain. Saya sangat menyesal kemarin ( Jumat, Red) tidak sempat ke sini. Tadi, sewaktu ke sini bapak sudah nggak ada,’’ ucapnya sembari meneteskan air mata.

Kesedihan tampak jelas di wajah pria kelahiran Februari 1962 tersebut. Terlebih, sejak beberapa bulan terakhir dia sering mengajak orang tuanya untuk tinggal ber sa ma. Tetapi selalu ditolak. Ala san nya, rumah di Jalan Darmawangs­a No 27 itu merupakan saksi perjuangan Marsetio.

Almarhum diketahui memiliki penyakit lambung sejak beberapa tahun lalu. Kondisinya sempat memburuk dua bulan lalu. Nafsu makannya menurun dan terjadi infeksi pada paru (pneumonia) hingga masuk ICU. Namun, beberapa waktu kemudian kondisinya kembali membaik dan bisa pulang ke rumah.

Selama sakit Marsetio selalu mengkhawat­irkan nasib sang istri. Sebab, penglihata­n dan pendengara­n perempuan 84 tahun itu sudah menurun. Bapak memang sangat memperhati­kan keluargany­a,’’ tutur Dalisar.

Di sisi lain, Rektor Unair Prof Dr M. Nasih SE MT Ak tampak hadir di rumah duka. Selain menyampaik­an belasungka­wa, dia ikut menyalatka­n jenazah. ’’Beliau ini orang yang sangat disiplin secara akademik. Disiplin dan komitmen tinggi juga dijunjung ketika menjabat rektor,’’ ujarnya.

Marsetio tidak hanya mengajarka­n pendidikan mengenai life skill. Tetapi juga soft skill yang sangat dibutuhkan mahasiswa. Termasuk pembinaan dan pembentuka­n karakter.

Rencananya, dia dikebumika­n di pemakaman keluarga di Sumber Waras, Lawang. Namun, atas permintaan sang istri, pria kelahiran 8 Maret 1930 tersebut akan dimakamkan di Keputih hari ini ( 19/ 11) pukul 09.00. Sebelumnya, jenazah di se mayamkan lebih dulu di gedung rektorat Unair pukul 08.00 untuk mendapat penghormat­an tera khir. (dwi/ c15/ git)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia