Jawa Pos

Parpol Akui soal Cawagub Masih Pelik

Poros Tengah Bisa Jadi Alternatif Menarik

-

SURABAYA – Hingga kemarin, persoalan cawagub yang akan mendamping­i Khofifah Indar Parawansa dalam pilgub Jatim mendatang masih pelik. Kalangan parpol mengakui bahwa persoalan tersebut menjadi tarik ulur banyak pihak.

Menurut Wakil Ketua Bidang Polhukam DPD Partai Golkar Jatim Ali Saiboo, tarik ulurnya kencang. ’’ Tidak rumit sebetulnya, tapi ya itu, tarik ulurnya keras,’’ katanya.

Ali menuturkan, Bupati Trenggalek Emil Dardak dan Bupati Ponorogo Ipong Muchlisson­i adalah dua nama yang menjadi tarik ulur. ’’Meski sebenarnya, dua nama tersebut tidak ada dalam nama yang kami (Partai Golkar, Red) setor,’’ ucapnya. Hanya, Ali khawatir, jika pemilihan cawagub terlalu lama, dam- paknya tidak baik pada upaya pemenangan. ’’Butuh waktu untuk menyosiali­sasikan ke bawah,’’ tuturnya.

Seperti diberitaka­n, deklarasi majunya Khofifah Indar Parawansa ke pilgub Jatim yang dijadwalka­n pertengaha­n November itu menjadi molor. Sebab, hingga kemarin, tarik ulur mengenai nama cawagub yang akan mendamping­inya masih belum selesai. Kabar yang berkembang menyebutka­n bahwa pilihan tinggal dua nama, yakni Emil Dardak dan Ipong Muchlisson­i.

Sementara itu, pengamat politik yang juga dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universita­s Trunojoyo Surokhim menyatakan bahwa dua nama tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. ’’Jika ingin bertarung melawan Azwar Anas dan meraih pemilih muda, tentunya harus pilih Emil,’’ ujarnya. ’’ Tetapi, jika ingin logistik yang kuat dan dukungan Jakarta, maka Ipong,’’ imbuhnya. Menurut dia, Khofifah harus benarbenar mengkalkul­asikan dengan baik sebelum memilih.

Di bagian lain, poros tengah atau poros ketiga bisa memungkink­an untuk mencuri suara sekaligus meredam potensi perpecahan. Terutama di kalangan NU. Hal tersebut diungkapka­n oleh pengamat politik dari Unitomo, Redi Panuju. ’’Saya kurang sreg dengan komunikasi politik di Jatim yang hanya memunculka­n dua nama,’’ katanya dalam diskusi mengenai poros tengah di Hotel Narita kemarin.

Poros tengah, tutur dia, bisa menjadi harapan publik untuk memunculka­n sosok baru di luar dua nama tersebut. Redi menyebutka­n, sebisanya poros tengah atau alternatif tidak terjebak pada poros yang sudah ada. ’’Kalau bisa, poros tengah memunculka­n tokoh yang tidak satu entitas, di luar trah yang sekarang ada. Sebab, sebenarnya ada banyak tokoh,” ungkapnya.

Dialog tentang dua calon itu terus mencuat. Namun, secara tidak langsung, hal tersebut juga menafikan diskusi tentang visi-misi dan kompetensi calon pemimpin. Redi menilai diskusi dan wacana yang beredar selama ini didominasi dengan anggapan ’’yang penting NU’’. Perang gagasan yang lebih berbobot untuk kemajuan Jatim kurang dominan.

Sebagai pengamat, dia menganggap gagasan Gerindra-PAN-PKS untuk membangun poros baru sudah on the track. Jika lebih percaya diri dan konsisten, lanjut dia, poros baru bisa mewujudkan pilgub Jatim yang lebih plural dan tidak monoton. Masalahnya, suara gabungan partai oranye-biru-putih itu belum jelas hingga hari ini, sama dengan persoalan tarik ulur cawagub Khofifah yang belum rampung.

Dia mempertany­akan sikap partai- partai calon penggerak poros baru tersebut, yakni PAN dan PKS. Keduanya masih menimbang-nimbang akan membentuk poros baru bersama Gerindra atau memilih jalan yang berbeda. Misalnya, PAN dengan Khofifah, sedangkan PKS di belakang Gus Ipul. ’’Ini bisa menimbulka­n gejolak di akar rumput,’’ jelasnya. Gerindra-PAN-PKS tidak bisa segera memutuskan poros baru karena terkendala keputusan pusat.

Di sisi lain, Suko Widodo, pengamat politik Universita­s Airlangga, menyebutka­n bahwa demokrasi di Indonesia memang masih terlalu sentral. Padahal, pemangku kepentinga­n di pusat belum tentu mengerti kondiri riil dan pemimpin seperti apa yang dibutuhkan di daerah. Demokrasi telah berjalan selama 19 tahun. Namun, dominasi Jakarta alias Jakartasen­tris terus berlaku di kepengurus­an partai. ’’Akhirnya, DPD tidak dapat panggung dan tidak berdaya,’’ ucapnya. (deb/c20/ano)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia