Menyenangkan, Bukan Menegangkan
SURABAYA – Pemahaman guru mengenai literasi pada siswa di sekolah masih kurang. Guru masih memandang peningkatan literasi siswa bisa dilihat dari semakin banyaknya peserta didik menuntaskan target membaca buku.
Target menuntaskan membaca buku tersebut umumnya diwajibkan guru saat siswa membaca buku 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Dalam kesempatan itu, guru meminta siswa membuat resume buku yang telah mereka baca.
”Aturan membuat resume dan target membaca sejumlah buku tersebut seharusnya tidak dilakukan guru,” terang Satgas Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Pratiwi Retnaningdyah setelah mengisi kegiatan Sarasehan Literasi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) kemarin (18/11).
Sesuai buku panduan GLS, program membaca 15 menit hanyalah bagian awal untuk mengenalkan literasi kepada anak. Program membaca sebelum pelajaran dimulai tersebut merupakan tahap pembiasaan. ”Jadi, seharusnya anak dikondisikan secara menyenangkan. Bukan menegangkan,” tegasnya.
Selain pembiasaan, tahap literasi yang dicanangkan GLS adalah pengembangan dan pembelajaran. Pada tahap itu, guru mulai memberikan tugas kepada siswa. Bisa melalui karya seni, menulis, hingga menanggapi buku yang dibaca.
Bahkan, pada tahap pembelajaran, guru dapat mengkreasikan materi untuk mengembangkan literasi siswa. Misalnya, membuat siswa lebih kritis dan mampu mencari literatur yang luas untuk menyelesaikan persoalan. (elo/c7/nda)