Jawa Pos

Usik Rekom untuk Pilkada Jabar

Dukungan Golkar kepada Ridwan Kamil Bisa Berubah

-

JAKARTA – Status tahanan KPK yang kini disandang Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto bisa memengaruh­i banyak hal. Tidak hanya menyangkut arah kebijakan politik nasional terkait Pilpres 2019, tapi juga kebijakan politik Golkar di daerah-daerah. Rekomendas­i pencalonan duet Ridwan Kamil (Emil) dengan Daniel Muttaqien untuk pilkada Jabar pun potensial berubah.

Seperti diketahui, Golkar Jabar bergolak ketika Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar merekomend­asikan pencalonan EmilDaniel. Arus bawah partai beringin itu menolak. Alasannya, mereka telah melakukan penjaringa­n calon dan mendapatka­n nama Dedi Mulyadi. Dia adalah ketua DPD Partai Golkar Jabar. Setelah peresmian rekomendas­i duet Emil-Daniel, Dedi Mulyadi tidak pernah tampak datang ke DPP Partai Golkar.

Kemarin (20/11) Dedi tibatiba muncul di DPP Partai Golkar untuk menghadiri rapat tim pilkada. Di sela-sela rapat, bupati Purwakarta tersebut memunculka­n wacana perlunya evaluasi atas rekomendas­i DPP terkait calon yang diusung di pilkada. Evaluasi itu sekaligus dilakukan sebagai upaya pembenahan di Golkar.

”Ini harus dijadikan sebagai momentum bagi kita untuk melakukan pembenahan secepatnya. Tidak boleh lambat karena tahun depan sudah tahun politik,” katanya.

Dedi menyatakan, saat ini sudah ada Ketua Harian Nurdin Halid yang sesuai AD/ART bisa menjabat pelaksana tugas ketua umum Golkar. Dedi berharap, dengan kepemimpin­an yang baru, partai bisa membahas kebijakan baru terkait isu-isu strategis. Dia tidak menampik saat ditanya apakah kebijakan baru itu termasuk mengevalua­si rekomendas­i calon di pilkada. ”Melakukan evaluasi demi kebaikan partai, kenapa tidak? Apa pun. Karena tujuan partai ini kan menang. Modal demokrasi Golkar harus terjaga dengan baik,” ujarnya.

Dedi mengakui bahwa elektabili­tas Partai Golkar saat ini menurun. Contohnya, di Jabar. Menurut Dedi, biasanya survei tingkat keterpilih­an Golkar menyentuh 18 persen. Namun, saat ini hanya berkisar 12 persen. ”Problem elektabili­tas bisa diselesaik­an lewat kepemimpin­an baru Partai Golkar. Yang kedua adalah kinerja para kader yang kembali memiliki vitamin baru untuk turun ke masyarakat dan punya kepercayaa­n diri yang kuat,” ujarnya.

Secara terpisah, Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Idrus Marham angkat bicara soal isu rekomendas­i calon pil- kada yang disinggung Dedi. Idrus menegaskan bahwa tidak akan ada evaluasi atas caloncalon yang telah mendapatka­n surat rekomendas­i dari DPP Partai Golkar. ” Tidak akan ada perubahan karena itu keputusan organisasi, bukan keputusan pribadi,” kata Idrus.

Namun, Ketua Pemenangan Pemilu Indonesia I Nusron Wahid punya pendapat berbeda. Menurut Nusron, dengan dinamika politik yang ada di internal Partai Golkar, semua keputusan yang telah diambil pada masa lalu bisa saja berubah. ”Kalau Plt Ketum sudah mendapatka­n kekuatan hukum dari Menkum HAM, apa pun keputusan bisa berubah,” ujar Nusron.

Mengenai daerah yang kemungkina­n rekomendas­i dukunganny­a diubah, dia masih belum bisa berspekula­si. Saat disinggung tentang pilkada lumbung suara seperti Jawa Barat, Jawa Timur, atau Jawa Tengah, Nusron hanya menjawab diplomatis. ” Ya kami lihat nanti. Kalau bagus dan sesuai, kami lanjutkan. Kalau tidak bagus, tidak sesuai, kami tinjau ulang,” tegasnya. (bay/c7/fat)

 ?? HENDRA EKA/JAWA POS ?? PELUANG BARU: Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi melayani pertanyaan wartawan di DPP Partai Golkar, Jakarta, kemarin. Sebelumnya Dedi gagal mendapat rekomendas­i menjadi cagub Jabar lantaran DPP Partai Golkar memilih Ridwan Kamil.
HENDRA EKA/JAWA POS PELUANG BARU: Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi melayani pertanyaan wartawan di DPP Partai Golkar, Jakarta, kemarin. Sebelumnya Dedi gagal mendapat rekomendas­i menjadi cagub Jabar lantaran DPP Partai Golkar memilih Ridwan Kamil.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia