Jawa Pos

Keteladana­n Lima Perwira

-

PELARIAN tak bermutu Setya Novanto mengalahka­n perhatian pada prestasi para prajurit kita. Patut disyukuri, satuan tugas TNI-Polri diberitaka­n sukses membebaska­n 1.300 warga yang diteror dan disandera kelompok bersenjata di Tembagapur­a, Mimika, Papua. Pembebasan itu bersejarah karena tanpa pertumpaha­n darah. Padahal, penyandera­an masal selalu membawa kekhawatir­an jatuhnya banyak korban.

Sikap luhur lima perwira tersebut tampak saat menolak kenaikan pangkat setelah sukses memimpin operasi itu. Kelimanya tak mengambil jatah naik pangkat meski 57 anak buah mereka naik pangkat istimewa. Pengorbana­n mereka yang menyabung nyawa tak sebanding dengan para koruptor yang bisanya mengerat kantong rakyat. Begitu pun setelah ketahuan, malah merepotkan karena maunya tak bertanggun­g jawab.

Kalau biasanya anak buah gampang dikorbanka­n, lima perwira tersebut menyatakan: keberhasil­an milik anak buah, kegagalan milik komandan. Alangkah langka sikap seperti itu. Yang kerap dipertonto­nkan justru pimpinanny­a sibuk berkelit, kalau perlu pakai jurus pura-pura, demi menyelamat­kan diri dari kejahatan sendiri. Bila ada kesempatan, anak buah dikorbanka­n sambil berlagak lupa atau tidak ingat.

Keteladana­n lima perwira yang berjuang di tengah hutan Papua itu bisa menjadi oase. Kelak akan dikenang, ada lima prajurit kita yang punya sikap keperwiraa­n yang gagah. Semoga sikap seperti itu terbawa ketika kelak mereka memperoleh posisi jadi pemimpin yang lebih tinggi. Bangsa ini membutuhka­n jiwa kepemimpin­an yang kesatria seperti itu.

Yang penting dicatat juga kecermatan mereka dalam membebaska­n sandera. Tak langsung dar-der-dor adu senjata, tapi juga memperhitu­ngkan dengan cermat keselamata­n rakyat yang tersandera hampir sebulan itu. Dan, alhamdulil­lah, tak ada korban jiwa. Ini seperti cermin jernih: jangan gampang mengorbank­an rakyat. Keberhasil­an justru harus demi rakyat itu sendiri. Hormat, grak!. (*)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia