Jawa Pos

PEKAN YANG BERSEJARAH

-

AKHIR pekan ini bisa menjadi momen paling bersejarah bagi Persebaya Surabaya sejak 2013. Klub berjuluk Green Force itu bisa kembali ke kompetisi level tertinggi tanah air, Liga 1. Tentu saja, dengan catatan, jadwal semifinal tidak berubah dan Persebaya menang.

Rencananya, semifinal Liga 2 berlangsun­g pada Sabtu, 25 November. Persebaya sebagai juara grup Y akan bertemu rival lamanya di Liga 2, Martapura FC, yang merupakan runner-up grup X. Ketika penyisihan, kedua tim bersaing di grup 5 dan sama-sama lolos ke babak 16 besar.

Persebaya dan Bonek tentu punya kenangan tersendiri terhadap Martapura FC. Saat bertandang, Persebaya kalah secara kontrovers­ial 1-2 di Stadion Demang Lehman, Kota Banjar Baru, Kalimantan Selatan, Minggu (30/4). Sudah begitu, selain permainan kasar, ada insiden ofisial Martapura yang memengaruh­i keputusan wasit untuk tambahan waktu.

Tatkala bermain di Gelora Bung Tomo, Surabaya, Senin (17/7), para pemain Martapura juga bermain kasar dan berkali-kali memprovoka­si. i. Dampaknya, begitu laga berakhir, sempat terjadi insiden yang melibatkan kiper Martapura Ali Budi Raharjo. Dia melempar botol ke arah tribun dan menendang salah seorang ofisial Persebaya.

Dalam pertanding­an itu, ada tiga kartu merah yang dilayangka­n wasit kepada Wirabuana Prayogo dan Gideon Marshell Huwae dari Martapura serta Rishadi Fauzi dari Persebaya. ’’Belajar dari yang lalu, kalau kami terpancing emosi, hasilnya buruk. Kami coba bermain tenang,’’ kata Rishadi. Ka Kapten Rendi Irwan juga tidak ingin terj terjebak dengan permainan lawan. ’’K ’’Kami tidak terlalu memikirkan Martapura bermain kasar atau tidak. Yang terpenting, kami bermain dengan ciri khas sendiri. B Bermain dengan apa yang telah kami latih sampai saat ini,’’ tuturnya. Dengan latar belakang bentrokan kedua tim yang cukup keras pada penyisihan, inilah ujian yang berat buat Persebaya dan Bonek. Para pemain Persebaya kudu lebih tenang dan berfokus pada permainan sendiri. Bonek diharapkan tidak terpancing melakukan hal yang tidak diinginkan. Martapura menilai, bertemu lagi dengan Persebaya cukup menantang. Sebab, kedua tim sudah sama-sama tahu gaya dan karakter bermain lawannya. Karena itu, selama menanti semifinal, pelatih Martapura Frans Sinatra Huwae tidak melakukan program yang rumit kepada pasukannya.

’’Cukup dengan program latihan ringan kepada pemain. Sebab, format dan cara bermain kami sudah terbentuk dan pemain tahu apa yang bakal mereka lakukan di lapangan. Tugas kami adalah membenahi sejumlah kesalahan dan kelemahan selama babak 8 besar lalu,’’ ujar Frans.

Tentang jadwal dan lokasi semifinal, Martapura tidak terlalu memusingka­nnya. ’’Mau bermain di mana dan kapan pun, kami sudah siap. Asalkan, semua harus pasti biar program latihan yang kami berikan juga bisa terukur dengan baik. Tapi, pada prinsipnya, kalau mau bermain besok pun, kami sudah siap,’’ tegas pelatih asal Ambon tersebut. (ben/rid/c14/ham)

 ??  ?? conditioni­ng
conditioni­ng
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia