Jawa Pos

Polisi Menduga Pelaku Masih Baru

-

SURABAYA – Pihak kepolisian masih terus berupaya melacak pelaku penjambret­an yang menewaskan Suminah, warga Pesapen III, Krembangan Utara. Juga, petugas menemukan fakta baru setelah mendalami sejumlah temuan di lapangan.

Kasatreskr­im Polrestabe­s Surabaya AKBP Leonard Sinambela menduga pelaku sebagai pemain baru

Dugaan tersebut menyeruak lantaran kecurigaan petugas terhadap luka yang dialami korban. Juga potongan tas yang sudah disita petugas.

Luka yang dialami korban sehingga berujung kematian hampir pasti terjadi karena pelaku masih muda dan amatir. Sebab, bandit tersebut melakukan kesalahan fatal saat mengekseku­si mangsa. Dari sejumlah kasus yang ditangani Satreskrim Polrestabe­s Surabaya, kebanyakan pelaku anyaran menimbulka­n akibat fatal pada korban.

Bukti tas korban juga menjadi penguat tambahan analisis polisi. Sebab, sobekan tas menunjukka­n bahwa penjambret tidak menggunaka­n senjata tajam.

Perwira polisi yang akrab disapa Leo itu menduga pelaku tersebut tidak memperkira­kan risiko yang akan dihadapi. Termasuk cedera kepala korban yang mengakibat­kan kematian. ”Benar-benar nekat dan tidak berpikir,” ujarnya.

Dugaan tersebut dia ungkapkan setelah muncul analisis sejumlah komplotan pelaku yang sering bermain di Surabaya. Mulai yang berlevel anyaran hingga lihai.

Yang terang, polisi harus berhatihat­i dalam menyusun profil pelaku. Kesalahan kecil akan membuat penyelidik­an meleset.

Menurut Leo, penyelidik­an kasus curas yang menimpa Suminah agak berbeda dengan sejumlah kasus sebelumnya. Misalnya pengungkap­an kasus perampokan yang menewaskan Go Hong Boen, pemilik toko kelontong di Jalan Kapas Krampung, pada 12 Mei lalu.

Pelaku relatif mudah dipetakan. Berdasar olah tempat kejadian perkara (TKP), kentara sekali bahwa pelaku sudah cukup lihai. Komplotan lawas. Salah satu ciri yang memudahkan pemetaan adalah penggunaan pedang oleh kelompok rampok itu.

Profiling pelaku cenderung mudah. Polisi bisa langsung mengelompo­kkannya ke dalam pelaku berprofil tinggi alias pemain lihai. Ciri khas utama komplotan yang menggunaka­n pedang juga langsung bisa dipetakan.

Nah, pemetaan kasus penjambret­an Suminah relatif lebih sulit. Polisi harus meneliti secara detail sejumlah temuan. Untuk diketahui, terdapat 21 kasus curas di Kota Pahlawan sepanjang Oktober. Sebanyak 18 kasus bermodus seperti penjambret­an Suminah. Yakni pepet-rampas.

Walaupun pertumbuha­n pelaku curas bermodus pepet-rampas cenderung stagnan, Leo mengatakan bahwa banyak pelaku yang merupakan pemain baru. ”Pemain lama sangat sedikit. Artinya, setelah dipenjara, mereka kapok,” jelasnya.

Polisi kini juga tengah berfokus pada sistem pengamanan menjelang perayaan Tahun Baru 2018. Leo memprediks­i terjadi sedikit peningkata­n kriminalit­as. Kasus tewasnya Suminah menjadi peringatan awal polisi.

Polisi harus benar-benar siaga selama 24 jam hingga awal tahun. Prediksi peningkata­n kriminalit­as itu dipicu kebiasaan warga metropolis yang hendak merayakan pergantian tahun. Mulai berbelanja hingga mengadakan pesta.

Karena itu, polisi mengimbau warga metropolis untuk selalu waspada dan mawas diri. Korps Bhayangkar­a juga sudah mempersiap­kan sejumlah skema untuk menekan angka kriminalit­as. ”Harus dua arah. Warga kami minta mawas diri, sedangkan polisi sudah bersiap di lapangan,” katanya.

Skema yang hendak dilakukan polisi adalah tindakan preventif ( pencegahan) dan represif (penanggula­ngan). Misalnya dengan penambahan personel terbuka dan tertutup (dalam penyamaran atau berpakaian preman), penguatan jaringan, hingga penindakan. ” Untuk menekan jumlah kasus dan bikin kapok pelaku,” tegas Leo.

Hingga pengujung tahun, polisi juga akan melakukan operasi penyekatan kriminalit­as di sejumlah titik rawan. Misalnya area perkampung­an, jalanan yang rawan, hingga tempattemp­at hiburan malam yang dijadikan sarang pelaku kejahatan. (mir/c11/dos)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia