Jawa Pos

Demi Foto Bareng, Kejar sampai Pasar

Kedatangan rombongan Pemkab Gresik untuk warganya di Kuala Lumpur lekat dengan nuansa silaturahm­i. Kangen-kangenan sambil mendengark­an keluh kesah para pahlawan devisa tersebut. Tidak ada kesan formal.

- FATHUR ROZI, Kuala Lumpur

LAPANGAN parkir kawasan Chow Kit, Kuala Lumpur, terasa panas. Undangan sudah berlindung di balik tenda. Namun, ribuan warga Gresik tidak beringsut sedikit pun. Anak-anak juga ikut. Paling banyak warga Bawean. Orang Boyan, begitu mereka menyebut diri. Semuan mengenakan kaus yang dibawa Bupati Sambari dari Gresik. Sekitar pukul 10.30 Bupati Sambari dan Wabup Moh. Qosim muncul. Ribuan orang berebut mendekat. Jalan sampai tertutup.

Mereka berusaha salaman, cium tangan, atau sekadar merekam wajah umara Kota Santri itu. ’’ Endi bupatine, endi bupatine,’’ ujar Wanto, 40, warga Dukun. Dia hadir sejak pagi-pagi sekali. Minggu itu (19/11) mereka memang sedang cuti (libur).

Dengan sabar, Sambari dan Qosim menyalami satu per satu sambil berjalan. Di kursi undangan datang lebih dulu banyak tokoh warga Indonesia setempat. Ada Ketua Persatuan Bawean Malaysia H Subaili. Ada Datuk Muhammad, perwakilan pemerintah Malaysia yang kebetulan beristri orang Jawa. Lalu, pemuda bernama Heri yang mewakili Paguyuban Solidarita­s Masyarakat Jawa di Malaysia.

’’Kami sangat senang dengan kehadiran Pak Bupati ini,’’ ujar Subaili. Lelaki yang telah 37 tahun tinggal di Malaysia itu yakin. Kehadiran para pemimpin Gresik mampu menyatukan warganya yang tinggal di Malaysia.

Ada pula H Supri, tokoh masyarakat Madura. Bahkan, ada warga Aceh, Trenggalek, Tulungagun­g, dan daerah-daerah lain di Jawa Timur. Sebagian lain adalah warga keturunan Bawean yang sudah menetap turun-temurun di Malaysia. Salah satunya pimpinan perkumpula­n Anak Oreng Pebien (AOP) Azroy. Anggotanya konon sudah sampai 22 ribu orang. Baik yang sudah berkerakya­tan (menjadi warga negara) Malaysia maupun berstatus perantau. Padahal, data resmi Disnaker Gresik menyebut jumlah TKI asal Gresik di Malaysia hanya sekitar 10 ribu orang.

Panitia seakan telah menyiapkan acara itu dengan sempurna. Kemasannya lebih mirip pesta rakyat. Dan, seolah-olah berlangsun­g di Gresik, bukan di negeri jiran. Ada orkes dangdut dengan personel orang Jawa bernama eL-Java Group. Mereka juga menyiapkan siaran langsung dengan kamera dan drone.

Konsep panitia ternyata klop dengan keinginan Pemkab Gresik untuk memberikan hiburan khusus bagi para pekerja migran tersebut. Rombongan Sambari-Qosim sengaja membawa penari-penari cantik. Bukan seniman profesiona­l. Mereka adalah para sekretaris pribadi (sekpri) para pejabat Pemkab Gresik. Jumlahnya enam orang dan cantik-cantik saat menari zavin mandailing khas Bawean. Semuanya tampil seronok dengan tetap mengenakan hijab.

Seorang penyanyi ayu melengkapi hiburan. Dan, tidak kalah, Wabup Moh. Qosim yang memang piawai salawatan sekaligus dangdutan. Sambari pun membaur gayeng. Dia bergoyang di tengah warga. Sambari juga tak segan-segan minta pejabatnya untuk ’’nyawer’’ bagi yang tampil di atas panggung. Nyawer pakai ringgit tentu. ’’Ayo, maju-maju,’’ ujarnya.

Saat tampil di panggung, Sambari-Qosim mengabarka­n bagaimana perkembang­an Kabupaten Gresik selama 2010 hingga 2017. Dari sisi pendapatan asli daerah (PAD) saja, selisihnya begitu jauh. Dari sekitar Rp 200 miliar sebelum 2010 hingga hampir Rp 1 triliun saat ini. Untuk warga Bawean, mereka diberi tahu bahwa sekarang ada Lapangan Terbang Harun Thohir. Kenyataann­ya memang banyak yang belum tahu. Seolah tidak percaya.

’’Doakan tahun depan runway bisa diperpanja­ng dari 900 meter menjadi 1.300 sampai 1.500 meter. Nanti pesawat yang lebih besar bisa masuk,’’ kata Sambari. Qosim pun menimpali. Upaya membangun Bawean pasti diteruskan. Salah satunya mengembang­kan daratan berjuluk Pulau Putri itu sebagai destinasi pariwisata dunia. ’’Tapi, tidak seperti di Bali. Pariwisata Bawean akan dikem- bangkan dengan konsep wisata syariah,’’ terangnya.

Cerita demi cerita terus disambut tepuk tangan bergemuruh. Kehadiran Sambari-Qosim benar-benar menjadi tumpahan kerinduan warga Gresik di negeri jiran kepada kampung halaman. Acara selesai. Keduanya sudah pamit. Bersalaman terus. Baru selangkah, diminta foto. Selangkah lagi, berebut foto lagi. Semua dilayani Sambari sampai benar-benar puas.

Bahkan, sebagian warga nekat mengejar Qosim yang masuk pasar untuk mencari tempat tandas (toilet). Jaraknya sekitar 1 kilometer dari lokasi acara. Beberapa orang nekat menunggu layaknya fans mengejar artis pujaan. Mereka duduk antre di pintu keluar lorong menuju toilet. ’’Pak Qosim, minta foto ya,’’ ujar Junaidi, warga Ujungpangk­ah. Selesai foto dia cium tangan seperti dengan kiai.

Baru selesai, muncul lagi keluarga Badri, warga Dukun. Dia minta foto bareng anak dan istrinya. ’’Alhamdulil­lah, puas sekarang. Terima kasih ya, Pak. Semoga cepat ke sini lagi,’’ ucap Badri. (bersambung/c19/dio)

 ?? FATHUR ROZI/JAWA POS ?? PUASKAN WARGA: Bupati Sambari melayani warga untuk foto bersama. Foto kiri, Keluarga Badri yang menunggu Moh. Qosim di pasar kawasan Chow Kit.
FATHUR ROZI/JAWA POS PUASKAN WARGA: Bupati Sambari melayani warga untuk foto bersama. Foto kiri, Keluarga Badri yang menunggu Moh. Qosim di pasar kawasan Chow Kit.
 ?? FATHUR ROZI/JAWA POS ??
FATHUR ROZI/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia