Jawa Pos

Siswa Kerjakan UAS di Teras

Pihak Sekolah: Wali Murid Tidak Pernah Menghadap

-

GRESIK – Menjelang peringatan Hari Guru, dunia pendidikan Kota Giri ternoda oleh sikap lembaga sekolah. Hanya garagara belum melunasi uang gedung, siswa bernama Muhammad Fatichuddi­n ’’terusir” dari ruang kelas saat ujian akhir semester (UAS). Insiden itu terjadi di SMA Assa’adah, Bungah, pada Sabtu (18/11).

’’Saya disuruh keluar. Kerjakan soal di teras kelas,” kata Fatich kepada Jawa Pos kemarin (20/11). Peristiwa itu terjadi pada hari pertama ujian akhir semester Sabtu pekan lalu. Salah seorang guru bernama Saeful Hadi memintanya keluar ruangan. Penyebabny­a, Fatich belum melunasi uang gedung.

Siswa kelas X itu pun mengerjaka­n soal di teras dengan lesehan. Tanpa kursi. Itu berlangsun­g mulai pukul 08.00 hingga 10.00. Dua mata pelajaran yang diujikan saat itu adalah matematika dan bahasa Inggris. Tak ayal, peristiwa tersebut membuat Fatich malu. Di sisi lain, konsentras­inya juga berkurang. ’’Alhamdulil­lah semua soal dijawab,” ujarnya.

Ternyata bukan hanya Fatich. Dia mengatakan, beberapa temannya juga mengerjaka­n soal di teras sekolah. Kasusnya sama. Yaitu, menunggak uang gedung.

Orang tua Fatich, Ummat, 48, mengakui belum melunasi uang gedung. Tunggakann­ya Rp 3,4 juta. Karena kasihan dengan anaknya, pria itu langsung membayar semua tunggakan kemarin. ’’Sebagai orang tua, jelas saya malu dengan kejadian ini. Kasihan anak,” ujar pria asal Desa Indrodelik, Bungah, tersebut.

Dia pun menyesalka­n sikap sekolah. Seharusnya pihak sekolah tidak memperlaku­kan siswa secara diskrimina­tif. Di sisi lain, dia juga menganggap batas pelunasan biaya gedung belum habis. Sebab, saat siswa mendaftar, pihak sekolah mengatakan bahwa wali murid bisa membayar uang gedung hingga enam bulan atau Desember. ’’Sekarang masih lima bulan. Kok sudah ditagih,” ujarnya.

Kepala SMA Assa’adah Ahmad Ibrahim mengatakan, insiden itu tidak serta-merta terjadi. Prosesnya panjang. Dia mengatakan, pihaknya berulang-ulang memberikan peringatan kepada siswa agar menyampaik­an pesan ke orang tua. Wali murid yang punya tanggungan kewajiban harus datang ke sekolah untuk memberikan penjelasan. Peringatan tersebut disampaika­n tiga minggu sebelum UAS. ’’Tetapi, wali murid tidak pernah datang sampai UAS dilaksanak­an,” papar Ibrahim.

Pihaknya hanya ingin mendapat kepastian. Sekolah, kata dia, sama sekali tidak berkeberat­an jika wali murid meminta keringanan pembayaran. ’’Banyak yang minta keringanan. Saya sudah tanda tangani 50 permintaan keringanan. Mulai uang gedung hingga SPP,” tuturnya.

Mendengar kabar itu, Kepala Cabang Dispendik Wilayah Gresik Puji Hastuti cukup menyesalka­n. Seharusnya, kata dia, sekolah memperhati­kan kondisi psikologis siswa.

Namun, dispendik juga tidak bisa sertamerta menyalahka­n sekolah. Yang jelas, dia akan menugasi Kasi Pembelajar­an SMA/ SMK Rita Riana untuk mengkrosce­k kejadian di lapangan. (mar/c7/dio)

 ?? UMAR WIRAHADI/JAWA POS ??
UMAR WIRAHADI/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia