Gerindra-PAN Jadi Penentu
Pilgub Jatim Bisa Diikuti Tiga Paslon
SURABAYA – Partai Golkar akhirnya resmi memberikan dukungan kepada pasangan Khofifah Indar ParawansaEmil Elestianto Dardak kemarin. Dengan demikian, sudah empat partai yang melabuhkan pilihan dalam Pilgub Jatim 2018
Selain Golkar, tiga partai lain adalah PKB, PDIP, dan Demokrat.
PKB dan PDIP mengusung Saifullah Yusuf-Abdullah Azwar Anas, sedangkan Demokrat memilih Khofifah-Emil. Masih tersisa enam partai lagi yang belum bersikap secara resmi ( lihat grafis). Enam partai itu kini menjadi rebutan dua pasangan cagub-cawagub. Sebagian besar adalah partai medioker. Namun, masih ada partai besar yang belum menentukan pilihan. Yakni, Partai Gerindra. Bukannya memilih poros yang ada, partai berlambang kepala garuda tersebut berambisi mengibarkan poros sendiri bersama dua partai terdekatnya, PAN dan PKS.
Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jatim Hendro Tri Subiantoro menyatakan, semua kemungkinan bisa terjadi dalam politik. Termasuk apakah Gerindra akan memilih Saifullah Yusuf atau Khofifah. ”Untuk sekarang, Gerindra tidak ambil sikap dulu,” tegas Hendro di kantor DPD Partai Gerindra Jatim kemarin (22/11). Karena tidak punya kewenangan, DPD hanya menunggu instruksi dari pengurus pusat.
Dilihat dari jumlah kursi, Gerindra memang tidak bisa mengusung calon sendiri. Jika berkoalisi hanya dengan PAN, jumlah kursinya sudah cukup untuk mengusung calon. Namun, lain cerita jika hanya PKS yang berhasil digandeng. Poros baru inisiatif Gerindra hanya akan punya 19 kursi. Kurang satu kursi. Dengan demikian, PAN dan Gerindra menjadi penentu jadi tidaknya muncul pasangan cagub-cawagub ketiga.
Gerindra memang belum menunjukkan kecenderungan ke salah satu bacalon. Namun, dua partai lainnya sudah. PAN baru intens berkomunikasi dengan Khofifah. Sedangkan PKS menyatakan hanya Gus Ipul –sapaan Saifullah Yusuf– yang membangun komunikasi dengan mereka.
Hendro meyakinkan bahwa tiga partai (Gerindra-PAN-PKS) masih menginginkan poros baru. Poros yang dinamai Jatim Emas itu sebelumnya santer menyebut nama Emil Dardak sebagai calon mereka. Namun, akhirnya bupati Trenggalek tersebut dipinang Khofifah. ”Ya, kita sayangkan,” ujarnya. Konsekuensinya, poros baru harus mencari figur pengganti jika ingin terus berlanjut ke pilgub.
Kemantapan poros baru juga disampaikan Bendahara DPW PAN Jatim Agus Maimun. Meski sudah berkomunikasi dengan Khofifah, PAN punya keinginan untuk bergabung di poros alternatif. ”Komitmen untuk bersamasama (Gerindra dan PKS, Red) dalam pilihan pilgub belum berubah,” terang Maimun kemarin.
Untuk saat ini, lanjut dia, DPW akan banyak berkomunikasi dengan DPP. Terutama soal langkah apa yang akan dilakukan pascarekomendasi Khofifah dan Emil dari Demokrat. Sebelumnya Khofifah sempat mendatangi DPP PAN dan muncul anggapan bahwa PAN mungkin bergabung ke poros Khofifah. Soal itu, Maimun menyatakan PAN belum menentukan sikap. ”Jelas kita harus bersikap dan insya Allah dalam waktu dekat PAN menentukan sikapnya,” jelas Maimun.
Ada tidaknya poros ketiga itu akan menjadi penentu apakah pilgub hanya diikuti dua atau tiga pasangan calon. Kecuali ada calon independen. Pengamat politik sekaligus dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo, Madura, Surokhim menyebutkan, sebaiknya poros tengah tetap eksis. ”Akan lebih baik membangun poros sendiri karena banyak keuntungan yang akan didapat daripada bergabung ke koalisi yang sudah ada,” jelas Surokhim kemarin. Membangun poros baru dan mengusung figur sendiri akan menjadi investasi masa depan bagi Gerindra, PKS, dan PAN. Pilgub Jatim, menurut dia, bisa menjadi ajang electoral test untuk keberhasilan di pileg dan pilpres. ”Ya, lebih baik maju untuk menjaga marwah kehormatan dan eksistensi partai oposisi,” paparnya.
Tiga partai lainnya, yakni Nasdem, Hanura, dan PPP, termasuk barisan partai yang belum fixed memberikan dukungan. Namun, mereka sudah menunjukkan kecenderungan kuat ke Khofifah. Tinggal menunggu waktu kapan ketiganya memberikan rekomendasi seperti Demokrat dan Golkar.
Segera Lapor Jokowi Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum DPP Partai Golkar Idrus Marham kemarin menyerahkan langsung surat rekomendasi kepada KhofifahEmil. Khofifah juga didampingi tiga anggota tim 9. Yakni, KH Afifudin Muhajir, KH Hisyam, dan Bu Nyai Mahfuzoh. Ada pula Ketua DPD Golkar Jatim Nyono Suharli dan Sekretaris DPD Golkar Jatim Sahat Simanjuntak.
”Perlu diketahui, ini adalah tanda tangan pertama saya sebagai Plt ketua umum,” kata Idrus, disambut tawa hadirin. Dalam surat rekomendasi bernomor R 532/ Golkar/IX/2017 itu, tercantum tanda tangan Idrus sebagai Plt Ketum, didampingi M. Sarmuji sebagai wakil sekretaris jenderal Partai Golkar.
Idrus menyatakan, sebelum penyerahan rekomendasi, Selasa malam (21/11), dirinya bertemu dengan beberapa kiai Jatim. Dukungan Golkar kepada pasangan itu diputus setelah berdialog dengan beberapa kiai. ”Sehingga malamnya keluar ke- sepakatan untuk mendukung pasangan ini,” ujarnya.
Khofifahlangsungmenyampaikan rasa terima kasih kepada DPP Partai Golkar. Sejak awal Khofifah menyebut dirinya mendapat banyak pertanyaan karena dinilai lama menentukan kepastian maju, termasuk mengenai sosok calon wakil gubernur. ”Berkali-kali saya menyampaikan harus menyamakan frekuensi dulu,” ujar Khofifah. Dia mengatakan, diperlukan proses panjang untuk menyamakan frekuensi.
Dalam pertemuan beberapa kiai pada Selasa malam, sekaligus ada penyerahan rekomendasi yang langsung ditindaklanjuti DPP Partai Golkar. ”Artinya, jika kami hadir pada siang hari ini juga diantar kembali oleh perwakilan beberapa kiai dan Bu Nyai, ini adalah proses yang sangat panjang, musyawarah berjenjang,” ujarnya.
Khofifah menambahkan, dengan dukungan Golkar yang punya 11 kursi di DPRD Jatim, pencalon- annya bersama Emil telah memenuhi syarat. Sebab, Partai Demokrat memiliki 13 kursi. Artinya, dia telah mengumpulkan total 24 kursi, melewati batas minimal pencalonan yang hanya 20 kursi. Hal itu juga bisa memastikan keputusannya untuk mundur dari jabatan menteri sosial.
”Saya akan menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada presiden terkait mandat yang beliau percayakan sebagai menteri sosial,” ujarnya. Khofifah juga menyatakan akan berkomunikasi dengan partai pendukung lain.
Di bagian lain, PDIP menyampaikan pernyataan terkait keputusan Emil yang mendampingi Khofifah. Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan, pihaknya menghormati langkah Emil untuk mendampingi Khofifah. Dia menjelaskan, PDIP-lah yang mengusung Emil menjadi orang nomor satu di Trenggalek. Saat itu partainya melihat Emil memiliki semangat tinggi membangun daerah yang tertinggal itu. Karena semangat itu, partai banteng akhirnya mengusung Emil.
Ketika sekarang Emil berubah arah dan memutuskan berbeda dengan sikap PDIP, biarlah warga Trenggalek yang akan menilai. ”Rakyat berdaulat dalam memilih pemimpin,” terangnya.
Emil pun langsung merespons pernyataan Hasto. Suami Arumi Bachsin itu menyatakan, dirinya tidak begitu saja memutuskan maju sebagai cawagub Jatim. Emil mengaku sudah berbicara dengan Hasto terkait rencananya mendampingi Khofifah. ”Saya sudah bicara baikbaik. Intinya, saya sudah berbicara dan menemui Pak Sekjen (PDIP).”
Emil tidak mau berbicara soal potensi adanya sanksi dari PDIP. Emil juga tidak menjawab apakah dirinya memiliki kartu anggota PDIP. Emil hanya menegaskan bahwa komunikasi sudah dilakukannya kepada pimpinan partai pengusung di Trenggalek. (deb/bay/lum/jun/c10/oni)