Hujan Abu di Timur dan Tenggara Bali
Asap Tebal Masih Mengepul dari Puncak Gunung Agung
JAKARTA – Setelah Gunung Agung meletus Selasa sore (21/11), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memastikan sudah terjadi hujan abu di beberapa wilayah. Hujan abu terjadi tidak lama setelah Gunung Agung erupsi, khususnya di sebelah timur dan tenggara Bali
”Abu turun tidak merata. Abunya tipis, hinggap di daun pepohonan dan habis disapu hujan,” terang Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG I Gede Suantika kepada Jawa Pos kemarin (22/11). Abu tersebut turut membawa gas belerang. Sehingga tidak heran bila masyarakat melapor sudah mencium bau belerang.
Keterangan serupa disampaikan Kasubbid Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana. Menurut dia, ahli geokimia dari PVMBG menemukan jatuhan abu di beberapa lokasi di wilayah timur dan tenggara Gunung Agung. ”Material abu sudah kami sampling untuk dianalisis,” ucapnya.
Lantaran sampel abu baru diambil, PVMBG belum bisa menjelaskan hasil analisis. Meski demikian, berdasar pengamatan yang dilakukan sampai tadi malam, belum ada perubahan rekomendasi. ”Saat ini (kemarin) rekomendasi masih sama, yaitu radius 6 kilometer dan perluasan 7,5 kilometer,” jelasnya.
Devy memastikan bahwa koordinasi PVMBG dengan BNPB ( Badan Nasional Penanggulangan Bencana), BPBD ( Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Bali, maupun Pemda Bali tidak pernah putus. Pihaknya selalu berkomunikasi secara terus-menerus. Setiap perkembangan aktivitas vulkanis Gunung Agung yang terpantau selalu dilaporkan kepada semua pihak. ”Kami selalu informasikan aktivitas Gunung Agung ke posko,” imbuhnya.
Berdasar data Pos Pantau Gunung Api Agung, sejak pukul 06.00 sampai 18.00 Wita terjadi dua kali tremor terus-menerus. Yakni pada pukul 09.11 sampai 12.00 Wita dan pukul 14.00 sampai 18.00 Wita. Selain itu, asap tebal masih tampak mengepul di atas kawah puncak Gunung Agung. ”Asap kawah putih tebal tinggi 700 meter,” kata Devy.
Meski begitu, belum ada perubahan signifikan di lokasi pengungsian. Masyarakat yang sudah kembali ke rumah masing-masing beberapa waktu lalu masih bertahan. Mereka tidak langsung kembali ke pengungsian. Kepala BPBD Bali Dewa Made Indra menegaskan, tak ada instruksi dari instansinya untuk mulai mengungsi. ”Tidak ada arahan,” ucapnya.
Bahkan, data BPBD Bali mencatat penurunan jumlah pengungsi yang cukup tinggi. Sebelumnya dilaporkan, angka pengungsi dua hari lalu masih 29.245 jiwa. Sedangkan data terbaru pukul 18.00 kemarin mencatat jumlah pengungsi 25.997 jiwa. Artinya, pengungsi berkurang 3.248 jiwa meski Gunung Agung meletus.
Selaras dengan data tersebut, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta menyampaikan, belum tampak pergerakan warga kembali ke pengungsian. ”Tidak banyak pergerakan pengungsi,” ujarnya ketika dikonfirmasi Jawa Pos. Sampai kemarin siang hanya 40 jiwa yang dilaporkan memutuskan kembali mengungsi dari Karangasem ke wilayah Klungkung.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan masih optimistis kondisi Gunung Agung membaik. Insiden munculnya asap dari puncak hanya faktor turunnya hujan. ”Air hujannya kena lava, terus keluar asap, lalu kita pada ribut,” katanya di Jakarta kemarin.
Dari laporan yang diterimanya, sebagian besar warga sudah kembali ke tempat tinggal masingmasing. Menurut Luhut, belum ada langkah yang perlu diambil. ”Memang kita harus terus waspada, tapi tidak boleh terlalu takut. Karena tidak ada tanda-tanda lain selain itu (asap, Red).”
Mantan Menko Polhukam tersebut menambahkan, status Gunung Agung juga belum berpengaruh terhadap pertemuan IMF dan Bank Dunia yang akan digelar di Nusa Dua, Bali, Oktober 2018. ”Belum ada perubahan jadwal,” ujar dia.
Letusan Gunung Agung juga belum mengganggu aktivitas penerbangan di wilayah itu. ”Pengamatan dilakukan menggunakan volcanic ash (VA) paper test. Kertas setiap dua jam diganti, hasilnya dinyatakan nihil VA,” jelas Kepala Bagian Kerja Sama dan Humas Ditjen Penerbangan Udara Agoes Soebagio. (lyn/syn/tau/c9/oki)