Venue Oke, Prestasi... Entahlah
ON SCHEDULE. Sesuai jadwal. Demikian jawaban para penanggung jawab pembangunan dan renovasi arena atau venue Asian Games (AG) 2018. AG 2018 memang seakan sudah menjadi pertaruhan besar bagi pemerintah Indonesia.
Ambisi sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi sudah dipancangkan jauh-jauh hari. Untuk sukses penyelenggaraan, hal itu terlihat jelas dari bangunan fisik berbagai venue.
Lalu, bagaimana dengan satu bagian yang lain, sukses prestasi, yang sebagian besar tak kasatmata? Evaluasi besar telah dilakukan Kemenpora sebagai penanggung jawab prestasi olahraga tanah air menilik hasil SEA Games 2017 di Malaysia, Agustus lalu.
Negatif. Demikian penilaian yang mengacu pada posisi kelima di klasemen akhir perolehan medali yang merupakan posisi terburuk Indonesia dalam pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara itu.
Imbasnya adalah pembubaran lembaga Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima). Lembaga di bawah Kemenpora yang bertanggung jawab atas prestasi atlet Indonesia di berbagai ajang internasional. Mereka seakan menjadi wadah untuk menumpahkan segala penyebab kegagalan. Mulai seretnya dana untuk pelatnas, dana untuk peralatan serta perlengkapan, dan yang paling signifikan tentu seretnya dana untuk atlet.
Sebagai gantinya, peran lebih besar diberikan kepada cabang olahraga untuk mengelola pendanaan dalam supervisi KONI. Alasannya, memotong keruwetan birokrasi (baca: pendanaan).
Bukti dari perubahan memang belum terlihat. Tapi, suara atlet menunjukkan bahwa mereka tak seberapa peduli terhadap ada atau tidaknya satlak. Yang penting bagi mereka adalah pekerja keras yang berjuang demi negara, perhatian lebih besar untuk atlet. Prestasi niscaya datang dari usaha. Tentu usaha yang diupayakan dengan senang hati. Saat mereka tak perlu memecah konsentrasi dengan hal-hal di luar latihan mereka. (*)