Jawa Pos

ANFIELD PUN TAK AKAN MUDAH

-

SEVILLE – Musim perdana Juergen Klopp bersama Liverpool di Liga Champions berjalan lambat. Hingga kelima, Liverpool belum memastikan lolos ke fase (babak 16 besar). Hasil seri 3-3 melawan Sevilla di Ramon Sanchez Pizjuan kemarin dini hari WIB (22/11) memaksa The Reds berburu tiket dalam

pemungkas pada Kamis (7/12).

Liverpool yang saat ini memuncaki klasemen grup E (9 poin) memang akan bermain di Anfield melawan Spartak Moscow (6 poin). Seri sudah cukup bagi Jordan Henderson dkk untuk melenggang. Hanya, seiring dengan pertemuan pertama berakhir 1-1 (27/9), Spartak masih bisa memastikan lolos seandainya mengalahka­n pasukan Klopp. Sebab, head-to-head jadi acuan untuk tim dengan poin sama.

Menilik hasil di Ramon Sanchez Pizjuan, mentalitas Jordan Henderson dkk jadi sorotan. Bagaimana tidak, Liverpool sudah unggul 3-0 dalam setengah jam permainan melalui Roberto Firmino (2’ dan 30’) dan Sadio Mane (22’). Namun, Sevilla membalasny­a di babak kedua via Wissam Ben Yedder (51’ dan 60’penalti) serta Guido Pizarro pada menit ketiga injury time (90+3’).

Cerita di final Liga Europa 2015–2016, yang juga melawan Sevilla, seperti terulang. Liverpool yang kala itu unggul 1-0 di babak pertama akhirnya kebobolan tiga gol di babak kedua. Enam pemain yang tampil dalam laga di St Jakob Park, Basel, bermain dalam laga kemarin.

”Kami memang memainkan babak pertama yang fantastis dan membuat kesalahan di babak kedua sehingga atmosfer pertanding­an berubah,” kata Klopp sebagaiman­a dilansir ”Tapi, 100 persen masalahnya bukan mentalitas. Andai di Anfield, hasilnya pasti lain,” imbuh pelatih yang menangani Liverpool per 8 Oktober 2015 tersebut.

Berbeda dengan Klopp, kapten tim sekaligus gelandang Liverpool Jordan Henderson menyebutka­n bahwa attitude pemain patut disalahkan atas hasil di Ramon Sanchez Pizjuan. ”Kami jelas tidak bermain cerdas. Dan, bermain di Anfield bukan garansi kami bisa lolos dengan mudah,” ungkap pemain 25 tahun itu kepada LFC TV.

Perlu dicatat, dua penampilan terakhir di Liga Champions selalu berakhir di fase grup. Masing-masing pada musim 2009– 2010 (bersama pelatih Rafael Benitez) dan 2015–2016 (Brendan Rodgers). Kegagalan kala itu juga berimbas pada ditendangn­ya Benitez dan Rodgers dari kursi jabatan. (ren/c16/dns)

 ?? JON NAZCA/REUTERS JON NAZCA/REUTERS ?? day matchday knockout matchThis Is Anfield.
JON NAZCA/REUTERS JON NAZCA/REUTERS day matchday knockout matchThis Is Anfield.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia