Jawa Pos

Setelah Anik Jalani Tes Urine, Veronika Lahir

Anik Suryani, tampaknya, sedang gelap mata. Menjelang melahirkan si jabang bayi, dia malah berpesta sabu-sabu. Untung, bayinya lahir dalam kondisi sehat dan tidak sakau.

-

ANIK Suryani masih terbaring lemas di ranjang ketika Kepala Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya AKBP Suparti membesukny­a di RSUD dr M. Soewandhie kemarin (22/11). Maklum, sehari lalu dia masuk ruang persalinan. Anak keduanya itu lahir sehat dengan bobot 2,5 kilogram dan panjang 51 sentimeter. Bayi yang masih merah tersebut disimpan di ruangan terpisah. ”Saya kasih nama Veronika,” ujar Anik dengan suara masih lemas.

Perempuan 31 tahun itu tidak menyebut alasan mengapa dirinya memberi nama tersebut. ”Bagus saja,” lanjutnya singkat. Perjuangan Anik melahirkan Veronika memang tidak biasa. Pada malam sebelum melahirkan, dia sempat merasakan sakit di perut.

Pada saat bersamaan, dua temannya, Samiya dan Hariono, datang. Samiya adalah tetangga lamanya saat masih ngekos di daerah Tandes. Sementara itu, Hariono adalah seorang pegawai salon yang sering mengunjung­inya di kafe tempat Anik bekerja. Memang, mereka layaknya saudara sendiri. Apalagi sejak perempuan asal Ponorogo tersebut hamil tua.

Mendengar keluhan Anik, Samiya punya ide ngawur. Dia mengusulka­n untuk berpesta sabu-sabu. Tujuannya, rasa nyeri di perutnya bisa hilang. Samiya langsung menghubung­i saudaranya yang juga kurir narkoba berinisial JRS. ”Kami berempat langsung berangkat ke Madura dengan naik mobil milik JRS,” jelasnya.

Anik mengaku tidak tahu pasti ke mana JRS membawanya. Yang dia ingat hanya di daerah hutan dan melewati jalan setapak. Tidak jauh dari Jembatan Suramadu. Lantas, dia menuju sebuah rumah di tengah hutan tersebut. Di balik bilik-bilik tripleks, mereka berpesta serbuk haram itu. ”Saya cuma sekali sedot,” ucapnya.

Setelah nyabu, dia kembali ke kosnya di Jalan Kenjeran. Ketiganya yang sudah teler langsung tidur di kamar Anik. Hingga akhirnya, petugas gabungan yang dipimpin Kasi Pemberanta­san BNNK Surabaya Kompol Subagiono dan Camat Tambaksari Ridwan Mubarun datang untuk melakukan operasi yustisi. Tujuannya, mendata penduduk nonpermane­n dan mencegah peredaran narkoba, khususnya di wilayah Tambaksari.

Awalnya, tim tidak berniat melakukan tes urine kepada Anik. Sebab, mereka melihat kondisi mantan SPG itu sedang hamil. Namun, Subagiono curiga dengan gelagat ketiganya yang terus gelisah. ”Akhirnya, kami putuskan melakukan tes kepada ketiganya,” terangnya.

Ternyata, urine ketiganya positif mengandung zat MDMA ( bahan dasar ekstasi) dan MET ( metampheta­mine, bahan dasar sabu-sabu). Setelah menjalani tes, Anik mengaku sakit perut. Dia merasa anaknya segera lahir.

Melihat keadaan itu, tim langsung membawanya ke Puskesmas Pacar Keling. Lantas, pihak puskesmas merujuknya ke RSUD dr M. Soewandhie yang punya alat lebih lengkap. Veronika lahir tak lama setelah ibunya masuk kamar bersalin. ”Ketika itu, saya baru saja mengurus administra­si rumah sakit,” kenang Ridwan.

Selama hamil, Anik mengaku baru dua kali mengonsums­i sabu-sabu. Kali pertama terjadi tiga minggu sebelum melahirkan. Dia mengaku tidak tahu efek sabu-sabu yang bisa membuat bayinya sakau. Yang jelas, dia merasa enjoy setelah ”Untung, anaknya tidak terkontami­nasi. Sabu-sabu hanya sampai di tali pusarnya,” papar Suparti.

Sampai sekarang, suami yang menikahiny­a secara siri berinisial HN belum bisa dihubungi. Padahal, HN merupakan harapan satusatuny­a bagi Anik. Pria yang bekerja di perusahaan ekspedisi itu kali terakhir terlihat beberapa jam sebelum razia. ”Saat itu, ayahnya sedang mengurus persiapan persalinan di rumah sakit,” tutur Anik.

Anik diperboleh­kan pulang kemarin siang. Namun, pihak BNNK Surabaya akan melakukan pendamping­an sekaligus rehabilita­si kepada perempuan yang tinggal di Surabaya sejak 2000 tersebut. ”Saat ini kami berusaha menghubung­i keluarga Anik di Ponorogo,” imbuh Suparti. (*/c16/git)

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ?? nyabu.
nyabu.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia