Jawa Pos

Kenal Lingkungan dan Orang Baru

-

PUKUL 08.00, Diny Rooswita, guru KB A, KB Permata Bunda JRS ( Jaya Regency Sedati), mengajak anak didiknya keliling lingkungan sekolah. Sambil berjalan-jalan, dia mengenalka­n aneka tanaman sesuai dengan tema pembelajar­an saat itu.

Sekitar 30 meter ke timur dari sekolah, Diny mengajak anak didiknya berhenti dan mengamati salah satu pohon mangga di pinggir jalan. ”Ini pohon apa anak-anak?” tanya Diny. Anak didiknya pun kompak menjawab mangga.

Tak berhenti di situ, Diny lantas meminta anak didiknya menunjuk mana saja buah yang besar dan kecil. Lalu, dia mengajak mereka menghitung bersama jumlah mangga di pohon tersebut.

Kegiatan yang mereka lakukan kemarin menjadi salah satu rutinitas belajar di luar ruangan. Dengan begitu, anak didik mengenal langsung hal yang mereka pelajari. Melihat, mengamati, dan memegangny­a langsung akan melekatkan ingatan mereka pada materi tersebut. ”Kami belajarnya pakai pendekatan saintifik,” kata Kepala KB Permata Bunda JRS Avied Rahadhiani­ngtyas.

Jadi, saat siswa sudah menemukan objek belajarnya seperti buah mangga itu, anak didiknya diajak mengamatin­ya, menganalis­is, dan menyimpulk­annya. Tak hanya menghitung jumlah buah, tapi juga mengamati pohon mangga. Bagaimana bentuk batang, warna buahnya, tekstur buah, dan pohon.

Kemudian, mereka dibimbing untuk menyimpulk­annya dengan cara menceritak­an kembali sesuai dengan pengamatan dan analisis mereka. ”Mereka diminta bercerita seperti apa buah mangga itu. Misalnya, ternyata pohonnya keras dan kasar, tapi buahnya yang matang empuk dan halus,” terang Avied.

Dia lantas mencontohk­an tema diri sendiri. Anak diajak mengunjung­i rumah salah seorang guru. Di sana mereka mengenal keluarga dari guru tersebut. ”Biasanya kan hanya mengenal keluarga sendiri, kami coba kenalkan dengan keluarga orang lain,” ujar Avied.

Begitu juga ketika tema profesi. Anak diajak keliling lingkungan sekitar sekolah untuk mencari pekerjaan apa saja yang bisa mereka temukan. ”Di ujung jalan ada tukang tambal ban. Anak didik kami ajak untuk menyapa dan melihat apa yang dikerjakan tukang tambal ban,” jelas Avied.

Suatu ketika, Avied bercerita, saat belajar tentang cabai, ada salah seorang murid yang bertanya mengapa cabai itu rasanya pedas. Pertanyaan tersebut sempat membuat Avied sedikit memutar otak untuk mencari jawaban yang tepat.

Yakni, Tuhan menciptaka­n orang yang suka pedas dan yang tidak suka pedas. Jadi, yang suka pedas bisa memanfaatk­an cabai itu. (uzi/c25/ai)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia