44 Menit, 4 Peluru, dan 2 Operasi
Tentara Korut yang Tertembak saat Membelot Selamat Pembelotan Pertama dalam 10 Tahun via Joint Security Area
SEOUL – Dia datang ke rumah sakit di Korea Selatan (Korsel) itu dengan empat peluru bersarang di tubuh. Dan, telah kehilangan banyak darah.
Dari kacamata medis, prajurit Korea Utara (Korut) yang hanya diidentifikasi sebagai Oh itu sudah hampir meninggal. Jadi, seolah menonton film-film laga Hollywood yang lazimnya menyukai happy ending saat kemarin kondisi Oh dinyatakan membaik
Bahkan, Oh tak lagi memakai alat pernapasan buatan setelah melewati dua operasi.
”Dia pertama sadar pada Minggu lalu (19/11) dan langsung bertanya di mana dia berada,” ujar Lee Cook-jong, dokter bedah yang memimpin operasi untuk menyelamatkan Oh.
Kesembuhan Oh itu semakin terasa seperti sinema Hollywood setelah kemarin United Nation Command (UNC) merilis rekaman kamera pengawas (CCTV). Isinya memperlihatkan kenekatan dia menyeberangi garis perbatasan Korut dan Korsel.
Ya, pembelotan pada Senin pekan lalu (13/11) itulah yang hampir membuat nyawa Oh melayang. Dalam video berdurasi 1 menit 46 detik tersebut, terlihat bagaimana Oh keluar dari mobil yang ditumpangi, berlari menuju Joint Security Area (JSA) sisi Korsel, di bawah berondongan tembakan para tentara Korut ( lihat grafis).
UNC adalah pasukan multinasional di bawah komando AS yang mendukung Korsel sejak Perang Korea sampai sekarang. Video yang dirilis kemarin diambil dari CCTV di sisi Korsel.
Sedangkan JSA yang terletak di Desa Panmunjom itu merupakan satu-satunya wilayah DMZ (zona demiliterisasi), tempat tentara kedua negara saling ber- hadapan tanpa pembatas. Kawasan itu biasanya jadi jujukan turis dari wilayah Korsel. Tapi, kebetulan tak ada wisatawan di hari kejadian tersebut.
”Area itu diciptakan sebagai wilayah netral bagi komite gencatan senjata untuk rapat secara berkala. Itu adalah tempat pasukan militer dua negara bekerja sama,” tegas Yang Wook, peneliti senior di Korea Defense & Security Forum.
Namun, setelah ada kasus pembunuhan tentara AS oleh tentara Korut pada 1976, ada aturan baru. Yaitu, anggota militer kedua negara harus tetap di posisi masing-masing.
Kasus seperti Oh jarang terjadi. Setiap tahun ada lebih dari seribu warga Korut yang melarikan diri ke Korsel, tapi lewat Tiongkok. Ketika Kim Jong-un berkuasa pada 2011, jumlahnya terus menurun. Kali terakhir penduduk Korut lari ke Korsel lewat JSA terjadi pada 2007.
Drama pembelotan Oh selama 44 menit tersebut mungkin tak akan sedramatis itu kalau saja ban mobilnya tidak bermasalah. Dia bakal dengan mudah menyeberang ke Korsel dan mencari perlindungan.
Sebelumnya, Oh bisa melewati pos pemeriksaan dengan mudah pukul 13.11 waktu setempat dengan mempercepat laju mobilnya. Kemudian, menyeberang jembatan dan memasuki wilayah JSA di dalam DMZ.
Tapi, kenyataan berkata lain. Karena ban mobilnya bermasalah, segera saja insiden itu menarik perhatian tentara Korut.
Jarak tembak tentara Korut yang mengejar Oh yang berusaha melarikan diri itu bisa terbilang dekat. Jadi, bisa dibilang ”mukjizat” dia tak tewas di tempat karena tembakan.
Oh tergeletak 50 meter dari military demarcation line (MDL) alias garis pembatas militer yang tidak boleh diseberangi tentara Korut maupun Korsel. Drama pembelotan itu berakhir setelah dua prajurit Korsel menyelamatkannya.
Tentara yang masih berusia 24 tahun itu diterbangkan ke rumah sakit di Suwon. Keputusan menyelamatkan Oh tersebut diambil prajurit Korsel setelah menunggu sekitar 30 menit. Itu dilakukan untuk memastikan insiden tersebut bukan jebakan.
Direktur Urusan Publik UNC Chad Carroll mengungkapkan, berdasar hasil investigasi, Korut telah melanggar dua kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani pada 1953. Perlu diketahui, kesepakatan damai kedua negara tidak pernah ditandatangani sehingga secara teknis Korut dan Korsel masih dalam kondisi berperang.
”Satu karena menembakkan senjata melewati MDL dan yang kedua adalah menyeberangi MDL,” ujar Carroll menjelaskan pelanggaran tentara Korut. (Reuters/ BBC/CNN/sha/c10/ttg)