Jawa Pos

Berharap Biaya Penerbanga­n Bisa Turun

-

PEMERINTAH mematok biaya penerbanga­n haji tahun ini mencapai Rp 26.241.232. Hanya naik sekitar Rp 100 ribu dari tahun lalu yang sebesar Rp 26.143.813

Namun, Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher Parasong menilai pos biaya tersebut seharusnya bisa ditekan lagi. Sehingga biaya haji juga bisa diturunkan.

Menurut Ali, Kemenag seharusnya melakukan negosiasi harga dengan maskapai penerbanga­n. ”Kalau Saudi Arabia Airlines tidak bisa menurunkan harga, dicari maskapai lain,” tuturnya.

Pengamat penerbanga­n sekaligus anggota Ombudsman RI Alvin Lie mengomenta­ri kenaikan komponen penerbanga­n haji. Menurut dia, kenaikan yang hanya sekitar Rp 100 ribu masih wajar. ”Masih masuk akal,” katanya.

Alvin mengungkap­kan, tahun ini harga avtur memang naik dibanding tahun lalu. Kemudian, ongkos sewa pesawat yang umumnya menggunaka­n mata uang dolar Amerika dan euro juga diperkirak­an naik akibat pelemahan mata uang rupiah.

Memperbany­ak ragam maskapai pengangkut jamaah haji, jelas Alvin, tidak menjamin biaya bakal turun. Sebab, jarak dari Indonesia ke Saudi sama saja. Dia kemudian meminta pemerintah tidak asalasalan dalam menetapkan maskapai pengangkut jamaah haji. Meskipun ujung-ujungnya maskapai yang ditetapkan pemerintah menyewa unit pesawat, standarnya harus dijaga.

Alvin mencontohk­an, ketika maskapai Garuda menyewa pesawat ke maskapai lain, perizinan dan standar layanannya menyesuaik­an dengan milik Garuda. ”Haji itu sekali seumur hidup. Harus dijamin keamanan dan kenyamanan penerbanga­nnya,” tutur dia.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan, pihaknya terbuka dengan opsi-opsi untuk menurunkan biaya haji. Usul tersebut nanti dibahas lebih lanjut di panja. ”Prinsipnya, kita (baca: Kemenag, Red) membuka diri,” ucapnya.

Lukman menerangka­n, dalam tender penerbanga­n haji, semua maskapai penerbanga­n mendapatka­n kesempatan yang sama. Dia mengakui bahwa di Saudi sendiri tidak hanya ada maskapai Saudi Arabia Airlines. Ada juga maskapai lain seperti Flynas.

Namun, Lukman belum bisa memutuskan maskapai apa saja yang bisa berkompete­nsi untuk mengikuti tender penerbanga­n haji. Dia hanya mengungkap­kan, selama ini ada keuntungan tersendiri saat sebagian pengangkut­an haji menggunaka­n Saudi Arabia Airlines.

Politikus PPP itu membeberka­n, dengan menggunaka­n Saudi Arabia Airlines, jamaah tidak dikenai handling fee USD 100 per orang. ”Jika menggunaka­n Saudi, biaya itu hilang,” katanya. Menurut Lukman, dengan menggunaka­n maskapai Saudi tersebut, biaya haji bisa sedikit tereduksi.

Selain itu, Lukman mengupayak­an masa tinggal jamaah haji selama di Saudi bisa direduksi atau dikurangi. Saat ini masa tinggal di Saudi 41 hari. ”Terlalu lama,” ucapnya. Upaya untuk mengurangi masa tinggal tersebut ialah menambah bandara baru sebagai tempat pendaratan jamaah haji.

Lukman menyatakan sedang menjajaki pemerintah Saudi supaya penerbanga­n haji Indonesia bisa menggunaka­n Bandara Ta’if (TIF) untuk mengimbang­i bandara di Jeddah. Kemudian, satu lagi bandara yang diminta pemerintah Indonesia adalah bandara di Yanbu (YNB) untuk mengimbang­i bandara di Madinah.

Menurut Lukman, upaya untuk bisa mendaratka­n pesawat haji di Bandara Ta’if dan Yanbu itu tentu tidak bisa dilakukan tahun ini. Namun, kata dia, pemerintah tetap berupaya melobi otoritas Saudi supaya mendapatka­n izin pendaratan di dua bandara tersebut. Dia mengaku sudah berkomunik­asi dengan menteri haji Saudi dan penanggung jawab penerbanga­n haji Saudi terkait bandara itu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia