Jawa Pos

Tak Punya Alat, Nunut ke Beberapa Kecamatan

Pencetakan E-KTP Bubutan

-

SURABAYA – Permintaan e-KTP anyar terus bertambah sementara alat cetak tidak ada. Akibatnya, antrean menumpuk. Itulah yang dialami warga Kecamatan Bubutan. Mereka tidak kebagian alat pencetak e-KTP. Solusinya, mereka menumpang ke kecamatan lain. Padahal, kecamatan lain juga ngebut mencetak e-KTP warga. Akhirnya, mereka berpindah-pindah ke beberapa kecamatan lain untuk minta bantuan mencetak e-KTP.

”Sama dengan beberapa kecamatan lainnya. Kendalanya masih terkait keterbatas­an alat,” ungkap Camat Bubutan Eko Kurniawan Purnomo kemarin (22/1). Karena harus nunut ke kecamatan lain, mereka harus mengalah. Mereka mencetak e-KTP saat malam. ”Soalnya kalau pagi sungkan. Nanti mengganggu aktivitas di kecamatan lainnya,” kata Eko. Selain itu, pencetakan saat malam lebih efektif. Tingkat kelancaran­nya cukup tinggi.

Meski begitu, Eko memastikan absennya alat tak memengaruh­i aktivitas kependuduk­an. Sebab, pencetakan terus dikebut. Selama Januari 2018 saja, Bubutan berhasil mencetak 863 blangko. Sementara itu, ada 3.500 data yang sudah masuk PRR (print ready record). Mereka menunggu antrean. ”Sementara blangko tak ada masalah. Tinggal antrean saja,” kata Eko. Dalam sehari, ada pengajuan e-KTP minimal 30 orang yang baru berusia 17 tahun.

Selain Bubutan, Kecamatan Simokerto tidak memiliki alat cetak sendiri. Sebelumnya, kecamatan di Surabaya Utara itu pernah diberi satu alat. Namun karena kebijakan pemkot, alat tersebut dipindahka­n. ”Biasanya kami mencetak tiga kali dalam seminggu. Memang harus antre, namun tidak ada masalah besar kok,” ungkap Camat Simokerto Nono Indriyono.

Menurut dia, masyarakat sebenarnya bisa langsung mencetak ke dispendukc­apil. Pihak kecamatan merasa kasihan dan membantu pencetakan secara kolektif. Sementara itu, Kasi Pemerintah­an Kecamatan Semampir Hery Prasetyo menyatakan, kecamatan memang memiliki alat pencetak. Namun, untuk menghindar­i lemot, pencetakan dilakukan pada malam. Kondisinya lebih mendukung.

Setidaknya, saat malam bisa mencetak 200 e-KTP. Jika dilakukan pada siang, blangko yang tercetak hanya 50–70 per hari. Sebab, pihak kecamatan hanya memiliki satu mesin cetak. Apalagi, jika ada gangguan jaringan. Melalui pelayanan jam malam, Hery menyebutka­n bahwa waktu tunggu warga untuk menerima e-KTP lebih cepat. ”Data yang sudah masuk PRR tiga hari bisa jadi,” katanya. Masa tunggu itu bisa lebih cepat daripada sebelumnya yang bisa mencapai 7–10 hari.

Hery menuturkan, Kecamatan Semampir memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Total ada sekitar 180 ribu jiwa. Sebanyak 80 persennya merupakan penduduk dengan usia 17 tahun ke atas.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia