Siswa Inklusi Antusias Ikut Tryout UNBK
WONOCOLO – Siswa-siswa kelas XII mulai disibukkan dengan persiapan ujian nasional berbasis komputer (UNBK). Tidak terkecuali siswa inklusi (berkebutuhan khusus). Seperti halnya yang terlihat di SMAN 10 kemarin (22/1). Dua siswa inklusi kelas XII mengikuti tryout persiapan UNBK bersama siswa reguler lainnya.
Mereka adalah Gema Fikriansyah dan Fajar Aji Maulana. Gema masuk kelas IPA-2. Sedangkan Fajar di IPS-3. Dua siswa itu mengikuti tryout yang diselenggarakan serentak oleh Cabang Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Kemarin (22/1) adalah hari pertama tryout
dibuka dengan mata pelajaran (mapel) bahasa Indonesia.
Karena kelas mereka tidak sama, Gema dan Fajar mengikuti tryout
di dua ruang sekaligus pada sesi yang berbeda. Tidak ada pembeda soal tryout. Mereka mengerjakan soal dengan kualitas dan tingkat kesulitan yang sama dengan siswa reguler. Satu mapel tryout dikerjakan selama 90 menit.
Gema terlihat begitu antusias. Dengan kursi roda, dua tangannya sibuk memperhatikan soal tryout
yang muncul pada layar laptop di depannya. Satu per satu soal dicermati betul. Kalau sudah merasa yakin, siswa tunadaksa itu memberikan aba-aba kepada guru pendamping khusus (GPK) yang duduk di sampingnya.
GPK dalam tryout kali ini bertugas khusus memberikan bantuan kepada siswa inklusi. Terutama bagi mereka yang membutuhkan bantuan dalam mengoperasikan komputer. Bukan membantu untuk menjawab soal. ”Karena Gema tidak bisa ngeklik dengan baik, jadi dibantu GPK,” ungkap Waka Kurikulum SMAN 10 Sohibul Anhar.
Sedangkan Fajar merupakan tunarungu dan tunawicara. Namun, anggota tubuhnya masih dapat mengoperasikan komputer dengan baik. Begitu juga dengan daya pikirnya. Dengan begitu, dia juga dapat mengikuti tryout persiapan UNBK kali ini. Hanya, nanti soal listening mapel bahasa Inggris diganti dalam bentuk narasi.
Sebenarnya SMAN 10 memiliki empat siswa inklusi pada kelas XII tahun ini. Namun, hanya dua di antara empat siswa itu yang dapat mengikuti UNBK sekaligus ujian sekolah berstandar nasional (USBN) pada April mendatang. ”Dua siswanya ujian kelulusan dengan ujian sekolah dari kami saja,” jelas Anhar.
Ikut tidaknya siswa inklusi pada UNBK itu, lanjut Anhar, bergantung kemampuan masing-masing. Mereka semua memiliki peluang yang sama dengan siswa reguler lainnya. Pihak sekolah mengontrol mereka lebih khusus. Perkembangan akademik empat siswa inklusi itu dipantau sekolah sejak kelas X. ”Ada portofolio yang dilaporkan setiap semester dari guru, wali kelas, dan GPK masing-masing,” katanya.
Pada semester akhir ini, sekolah memberikan evaluasi terhadap perkembangan mereka. Juga, melaporkan kepada orang tua masingmasing. ”Mereka bisa ikut UNBK atau hanya ujian sekolah,” katanya. Berdasar hasilnya, dua di antara empat siswa inklusi kelas XII saja yang dinyatakan mampu mengikuti UNBK dan USBN.