Jawa Pos

Satgas Kesehatan Atasi Wabah di Papua

Dibentuk Mendadak, Bertugas 9 Bulan

-

JAKARTA – Pemerintah bergerak cepat mengatasi wabah campak dan gizi buruk di Papua. Kemarin siang 206 prajurit TNI bertolak ke Papua dari Markas Skadron Udara 2 di Lanud Halim Perdanakus­uma. Sekitar sembilan bulan, prajurit yang tergabung dalam satgas kesehatan itu bakal menjalanka­n misi khusus. Yakni, pelayanan sekaligus pertolonga­n medis bagi masyarakat Papua yang terdampak wabah campak dan gizi buruk.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, satgas kesehatan memang dibentuk mendadak J

Namun, seluruh prajurit yang dipilih sudah siap melayani masyarakat. ”Hari ini (kemarin, Red) yang dikirim 53 dokter. Sebelumnya, ada 23 atau 27 dokter,” ungkap Hadi setelah melepas satgas kesehatan terbang ke Papua.

Dia menegaskan, satgas kesehatan diperintah masuk ke seluruh wilayah terisolasi di Bumi Cenderawas­ih tersebut. Untuk itu, mereka tidak hanya dibekali obat-obatan. Melainkan juga bahan makanan lengkap. Bahkan, pesawat angkut berikut tiga helikopter turut jadi bagian. ”Sebagai angkutan medis udara,” ucap mantan KSAU itu.

TNI memilih helikopter lantaran paling memungkink­an diandalkan di Papua. ”Sangat diperlukan di wilayah operasi,” tutur Hadi. Sebab, tidak semua tempat bisa diakses lewat jalur darat dan laut. Ada beberapa yang sampai saat ini hanya bisa dijangkau melalui jalur udara. Khususnya distrik yang berada di wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang.

Tiga helikopter yang menjadi bagian satgas kesehatan tidak hanya bertugas di Kabupaten Asmat. Daerah lain seperti Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Tolikara juga menjadi sasaran. Hasil pemetaan TNI, dua kabupaten itu perlu menjadi perhatian. ”Ada wilayah yang kami anggap menjadi endemi dan akan berdampak pada kejadian luar biasa,” ujarnya.

Berdasar laporan Puskes TNI, institusin­ya sudah memetakan wilayah mana saja yang wajib segera didatangi satgas kesehatan. Tentu, mereka tidak akan bergerak sendiri. Kemenkes, Polri, serta pemda setempat bakal dilibatkan. Karena itu, dia meminta seluruh jajarannya berkoordin­asi secara intens dengan instansi tersebut. ”Koordinasi ketat dengan instansi samping,” tegasnya.

Hadi menjelaska­n, misi utama di Papua adalah menyelamat­kan seluruh masyarakat di sana. Dia meminta itu dilaksanak­an sebaikbaik­nya. Tidak terganggu oleh hal lain. Termasuk potensi gangguan dari Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB). ”Sudah disiapkan semuanya (pengamanan) oleh Kodam (XVII/ Cenderawas­ih),” kata dia.

Hadi memastikan, dalam waktu dekat dirinya turun langsung ke Papua. Di sana dia bakal menengok masyarakat di Kabupaten Asmat. Kemudian, dia akan mendatangi seluruh titik yang ditengarai menjadi asal muasal mewabahnya campak dan gizi buruk. ”Sesuai yang dipetakan Pangdam (XVII/Cenderawas­ih), ada tujuh titik di daerah pegunungan,” imbuhnya.

Itu belum termasuk ratusan titik yang sudah disambangi Satgas Kesehatan TNI Kejadian Luar Biasa (KLB) yang berangkat lebih dahulu. Menurut Kapuskes TNI Mayjen TNI Ben Yura Rimba, data yang dikumpulka­n prajurit TNI bakal digabung dengan data dari pemda setempat. ”Jadi, sementara dikoordina­sikan juga dengan dinas kesehatan,” ucap dia.

Ben mengakui, kendala paling utama adalah akses komunikasi dan transporta­si. Sebab, wilayah terdampak wabah campak dan gizi buruk jauh dari pusat pemerintah­an. Wilayah yang infrastruk­tur komunikasi dan transporta­sinya sangat minim. Untuk itu, prajurit TNI juga diperintah membangun jaringan radio. Dengan begitu, tiga helikopter yang dikirim dari Jakarta bisa cepat digerakkan sesuai informasi yang diterima dari lapangan.

Berkaitan dengan jumlah korban meninggal di Kabupaten Asmat, sampai saat ini angkanya sudah mencapai 70 jiwa. Namun, tidak semuanya meninggal dalam satu atau dua minggu belakangan. Ada juga yang meninggal tahun lalu. ”Selama ini pemda menganggap biasa. Tapi, presiden menganggap tidak biasa,” tutur Ben. Karena itu, dikerahkan tim dari Jakarta.

Data yang diterima Jawa Pos dari Kodam XVII/Cenderawas­ih, jumlah korban meninggal di Kabupaten Asmat sampai Rabu (24/1) sebanyak 70 orang. Terdiri atas, korban meninggal di Distrik Pulau Tiga sebanyak 37 jiwa, Distrik Fayit (15), Distrik Aswi (8), dan Distrik Akat (4). Sementara itu, 6 korban lainnya meninggal di RSUD Kabupaten Asmat, Distrik Agats.

Berdasar data itu pula, terekam seluruh distrik dan kampung yang sudah didatangi petugas. Yakni, 23 distrik dan 117 kampung. Menurut Komandan Satgas Kesehatan TNI KLB Brigjen TNI Asep Setia Gunawan, ada delapan tim yang sudah menyisir seluruh distrik tersebut. Dalam penyisiran itu, mereka memberikan layanan kepada 12.398 anak.

Di antara belasan ribu anak tersebut, mereka mendapati ratusan anak terkena campak dan gizi buruk. ”Di antara 12.398 anak yang mendapat pelayanan kesehatan, ditemukan 646 anak terkena wabah campak dan 144 anak menderita gizi buruk,” ungkap Asep. Mereka juga mendapati 25 anak suspect campak dan 4 anak terkena gizi buruk plus campak.

Secara terperinci, Asep menyampaik­an bahwa 70 korban meninggal di Kabupaten Asmat terdata sejak September 2017. Seluruhnya anak-anak. Terdiri atas, 65 anak meninggal akibat gizi buruk, 4 anak meninggal karena campak, dan 1 lainnya meninggal setelah terserang tetanus. Seluruh petugas yang bergerak di lapangan terus berusaha agar jumlah korban meninggal tidak bertambah.

Di bagian lain, Kementeria­n Kesehatan menyebutka­n telah berhasil melakukan pengobatan dan vaksinasi terhadap penduduk di 80 persen distrik di Kabupaten Asmat, Papua, yang rentan terkena berbagai penyakit karena gizi buruk. ”Dari laporan teman-teman di lapangan, sampai kemarin sore (24/1) sudah 80 persen kampung yang tercover 100 persen,” kata Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes Anung Sugihanton­o.

Idealnya, kata Anung, seluruh distrik harus ter-cover dan 100 persen sasaran harus tertangani. Terakhir, Kemenkes telah memeriksa 10.500 anak di Kabupaten Asmat. Lebih dari 3.000 di antaranya dipastikan mengalami gizi kurang dan gizi buruk.

Meski demikian, Anung tak bisa menjamin penduduk yang telah mendapat pengobatan maupun vaksinasi akan sepenuhnya bebas dari ancaman dan gangguan kesehatan.

 ?? MIFTAHULHA­YAT/JAWA POS ?? SISIR LOKASI: Personel Satgas Kesehatan mengikuti apel sebelum diberangka­tkan ke Papua di Lanud Halim Perdanakus­uma, Jakarta, kemarin (25/1). Sebanyak 206 prajurit, termasuk dokter, akan bertugas selama sembilan bulan di Papua.
MIFTAHULHA­YAT/JAWA POS SISIR LOKASI: Personel Satgas Kesehatan mengikuti apel sebelum diberangka­tkan ke Papua di Lanud Halim Perdanakus­uma, Jakarta, kemarin (25/1). Sebanyak 206 prajurit, termasuk dokter, akan bertugas selama sembilan bulan di Papua.
 ?? SELVIANI BU’TU/RADAR TIMIKA/JPG ?? TINJAU LANGSUNG: Menkes Nila Moeleok berbincang dengan Kadinkes Papua Aloysius Giyai (kiri) dan Sekda Mimika Ausilius You di Timika kemarin.
SELVIANI BU’TU/RADAR TIMIKA/JPG TINJAU LANGSUNG: Menkes Nila Moeleok berbincang dengan Kadinkes Papua Aloysius Giyai (kiri) dan Sekda Mimika Ausilius You di Timika kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia