Cikal Bakal Subholding Gas
Pengalihan Saham PGN ke Pertamina Disetujui
JAKARTA – Target pembentukan holding BUMN migas pada akhir Maret 2018 mendekati realisasi. Kemarin (25/1) para pemegang saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk menyetujui perubahan anggaran dasar dan perubahan pengurus perseroan.
Sekretaris Perusahaan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Rachmat Hutama mengatakan, pembahasan perubahan anggaran dasar perseroan perlu dilakukan agar rencana pemerintah membentuk holding migas bisa terwujud. ’’Pemerintah dalam hal ini mengalihkan seluruh saham seri B milik negara di PGN menjadi setoran modal pada PT Pertamina (Persero),’’ ujar Rachmat saat rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) PGN kemarin.
Dengan adanya pengalihan saham pemerintah ke Pertamina, terjadi perubahan status pada PGN dari BUMN persero menjadi nonpersero. Kendati demikian, proses pengalihan saham tersebut belum selesai karena harus menunggu RPP holding ditandatangani Presiden Joko Widodo. ’’Akta pengalihan saham seri B milik pemerintah kepada Pertamina pun baru bisa dilaksanakan setelah PP holding
terbit,’’ ujar Rachmat.
Hasil RUPSLB hanya berlaku hingga 60 hari mendatang. Jika dalam 60 hari PP holding belum ditandatangani, hasil RUPSLB kemarin batal demi hukum.
Direktur SDM PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, saat ini telah dibentuk tim implementasi pembentukan holding migas. ’’Dengan masuknya PGN ke Pertamina Group, ini cikal bakal subholding gas yang akan dibentuk secara utuh,’’ ujarnya.
Rencananya, ada empat subholding yang dibentuk setelah holding
migas resmi terbentuk. Yaitu, subholding hulu, subholding pengolahan, subholding pemasaran atau ritel, dan subholding gas.
Pada bagian lain, harga saham PGN kemarin (25/1) ditutup turun 40 poin atau 1,49 persen ke harga Rp 2.650 per unit. Harga saham emiten berkode PGAS itu bergerak di rentang Rp 2.570 hingga Rp 2.710. Saham PGAS melonjak sejak 15 Januari lalu. Tepatnya ketika pasar mulai menangkap sinyal holding BUMN migas dari pernyataan Kementerian BUMN. Saham PGAS sudah naik 50,14 persen dalam dua minggu terakhir.
Terkoreksinya harga saham PGAS kemarin telah diprediksi bakal terjadi setelah pemerintah memberikan keputusan dalam RUPSLB perseroan. Hal itu sebagai imbas dari aksi ambil untung investor setelah kenaikan drastis yang terjadi pada dua minggu sebelumnya. Selain itu, pasar masih menunggu teknis penggabungan Pertagas ke PGAS.
Dari sisi fundamental, PGAS dinilai masih menjadi emiten dengan prospek yang baik. ’’Neraca kemampuan PGAS relatif akan makin kuat. Kalau dulu PGAS hanya berharap dari PMN (penyertaan modal negara) untuk modal, sekarang punya induk, yaitu Pertamina,’’ ujar Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan.