Tren Kustom Munculkan Peminat Baru

BUKAN tanpa alasan model tertentu dihadirkan produsen. Model trail diluncurkan karena ada penggiat

off-road. Adventure bike dirilis karena banyak peminat

touring. Begitu pula model

street dan klasik. Produk tersebut tetap ramai peminat karena ada penghobi modifikasi kustom yang trennya cukup stabil.

”Tiga tahun terakhir grafik tren modifikasi kustom terasa meningkat. Euforianya makin terasa saat Bapak Presiden membeli salah satu karya kustom dalam negeri. Ini menunjukkan bahwa eksistensi kita diapresiasi,” ujar Lulut Wahyudi, founder Retro Classic Cycles sekaligus direktur Kustomfest, ajang modifikasi kustom terbesar di Indonesia yang dihelat setiap tahun di Jogjakarta.

Lulut yang menggeluti dunia kustom sejak 15 tahun lalu itu berpendapat bahwa keberadaan pencinta kustom turut berperan dalam menjaga gairah industri otomotif. ”Sekarang ini semakin banyak orang yang ingin kendaraannya lebih

personalized,” ujarnya.

Meskipun beberapa memiliki bujet terbatas, mereka tetap memilih motor-motor model lama untuk direstorasi dan dikustom ulang sesuai keinginan. ”Namun, besar kemungkinan, ketika daya beli membaik, anak muda ini akan menjadi peminat produk-produk baru dari produsen,” ungkap Lulut.

Maka, tak heran apabila pabrikan menawarkan produk seperti Honda Rebel, Kawasaki W Series, Royal Enfield Classic, dan lain sebagainya. Selain sudah cukup tampan dari bawaan pabrik, motor-motor tersebut memiliki basis yang kuat untuk dimodifikasi.

”Motor-motor W series yang beraliran retro itu sudah sangat ramah modifikasi. Produk tersebut memang disiapkan untuk penggila modifikasi,” kata Deputy Head Sales & Promotion Division PT Kawasaki Motor Indonesia Michael Chandra Tanadhi.

Begitu pula Honda CMX500 Rebel besutan AHM yang postur rangkanya sesuai dengan orang Indonesia. ”Motor itu memberikan ruang kustomisasi yang tak terbatas. Makanya, motor itu ibarat bahan bagi para bikers penggemar modifikasi,” ujar Marketing Director PT Astra Honda Motor (AHM) Thomas Wijaya.