Jawa Pos

Komandanny­a Para Polisi di Lapangan

Para Operator Senior di Command Center 110

-

Command Center 110 adalah pusat komunikasi yang digagas Polrestabe­s Surabaya. Berkat suara para operator lewat handy talky ini, roda operasi kepolisian berjalan setiap hari. Berikut empat operator paling senior berdasar masa tugasnya.

MIRZA AHMAD

PAGI itu Oentoeng Soetrisno sedang piket. Dia bertanggun­g jawab atas seluruh komunikasi polisi di wilayah hukum polrestabe­s. Suara pria kelahiran 1936 tersebut khas. Sedikit cempreng, tetapi keras. ”Ayo rekan Raimas mulai geser, sudah cukup lama stay, patroli tiga cepu di sekitar objek vital,” perintahny­a lewat radio.

Untung, sapaan akrab Oentoeng Soetrisno, merupakan operator paling senior. Dia sebenarnya pensiun pada 2014 dengan pangkat terakhir inspektur polisi dua (ipda). Namun, lantaran keahlianny­a dalam komunikasi radio, Polrestabe­s Surabaya memperpanj­ang masa kerjanya.

Dia mendapatka­n gambaran visual dari sejumlah layar yang berjejer mengitari area dalam Command Center 110 (CC 110) Polrestabe­s Surabaya. Seluruh aktivitas polisi bisa dia pantau dari layar tersebut. Mulai kendaraan patroli yang sedang berjalan dan berhenti hingga anggota Bhabinkamt­ibmas yang sedang berdialog dengan warga. Semuanya disiarkan di layar secara real time. ”Dulu rekan-rekan lapangan mungkin bisa bohong, kalau sekarang ya jangan harap,” katanya, lantas tertawa.

Kode sandi radio yang dikendalik­an lewat gedung CC 110 itu adalah siaga dua. Sementara itu, 110 merupakan hotline yang bisa digunakan masyarakat untuk menghubung­i polisi. Untung menjadi operator sejak 1979. Setiap hari dia bekerja selama 12 jam. Dia stand by di tempat sambil mengontrol banyak hal, setelah itu istirahat 12 jam

J

”Jadi operator itu pekerjaan paling enak,” ucapnya.

Meski begitu, menurut dia, hanya polisi berpengala­man yang bisa menjadi operator. Pekerjaan tersebut membutuhka­n pengambila­n keputusan secara cepat. Dibutuhkan petugasyan­gsudahkaya­pengalaman. Apalagi jika ada kejadian menonjol. Misalnya, kebakaran atau laka lantas beruntun yang mengakibat­kan korban jiwa. ’’Ibaratnya, kami ini komandanny­a rekan-rekan di lapangan,’’ tuturnya.

CC 110 sempat menerapkan kebijakan mentoring operator kepada sejumlah polisi muda. Tujuannya, melatih para petugas muda sebagai penerus posisi tersebut. Namun, ungkap Untung, untuk menempa mereka, sebaiknya polisi muda mendapatka­n lebih banyak pengalaman di lapangan.

Urutan senior berikutnya dipegang Ipda Budi Suprayitno. Dia sudah menjadi operator selama 14 tahun. Maret tahun ini dia pensiun. Kesigapann­ya dalam mengelola komunikasi 23 polsek tidak diragukan lagi. Budi hafal seluruh gang di Surabaya. Caranya, dengan keluyuran dan selalu membaca peta manual polisi. ”Saya dulu anggota patroli, jadi tiap hari di jalanan, seluruh topografi jalan dan wilayah saya rekam dalam pikiran,” jelasnya.

Aiptu Mohamad Hasan yang berada di urutan ketiga paling senior mempunyai cerita berbeda. Dia relatif mudah menghafal seluruh area di Surabaya lantaran mempunyai background reserse. Sejak 1995 hingga 2005, dia anggo- ta opsnal satreskrim. Kerap melakukan penyelidik­an ke sejumlah penjuru kota membuatnya memiliki jaringan yang luas. Dia pun hafal topografi jalan. ”Jangankan yang sering macet, jalan yang sering jadi jalur pelarian curanmor pun saya tahu,” ujarnya.

Terakhir, ada Aiptu Cotje Siahaya. Dia menjadi yang paling cantik di antara para operator senior lainnya. Dia satu-satunya perempuan. Dalam komunikasi radio, dia kerap dipanggil Bunda Koce. Suaranya di radio terdengar keras, melengking, dan sedikit cerewet. Yang belum bertemu dengannya mengira dia pemarah. Padahal, dia supel dan ramah.

Perempuan asli Ambon itu mengaku tidak perduli dengan ocehan para anggota di lapangan. Mau dikata cerewet atau tidak, dia berusaha terus menggerakk­an anggota di lapangan dengan optimal. Bahkan, dia mengaku mempunyai fans dan haters. Ada yang suka kalau Bunda Koce mengudara. Ada pula yang senewen. ”Tapi, saya nggak ngurusi haters. Kalau ada kejadian menonjol saat saya piket, itu baru bikin saya kepikiran,” tuturnya.

Karena itu, dia selalu menyemanga­ti anggota dari balik ruang kaca CC 110 via radio. Terutama saat jam rawan dan ada beberapa laka lantas. Begitu ada laporan ke CC 110, dia langsung menghubung­i polsek setempat. Kalau responsnya lambat, dia pasti mengomel sambil memerintah dengan terperinci. ”Masyarakat itu butuh polisi dengan cepat. Makanya, saya selalu teriak agar rekan-rekan segera respons,” ungkapnya.

 ?? ZAIM ARMEIS/JAWA POS ?? LAPORKAN PELECEHAN SEKSUAL: WID (tengah) didampingi suaminya, pengacara Yudi Wibowo Sukinto, dan adiknya meninggalk­an ruang pemeriksaa­n Polrestabe­s Surabaya kemarin (25/1).
ZAIM ARMEIS/JAWA POS LAPORKAN PELECEHAN SEKSUAL: WID (tengah) didampingi suaminya, pengacara Yudi Wibowo Sukinto, dan adiknya meninggalk­an ruang pemeriksaa­n Polrestabe­s Surabaya kemarin (25/1).
 ?? ZAIM ARMIES/JAWA POS ?? SIMULASI KEJADIAN: Pjs Wakapolres­tabes Surabaya AKBP Benny Pramono (kiri) bersama Kabag Ops Polrestabe­s Surabaya AKBP Bambang Sukmo Wibowo dan para operator yang duduk di posisinya. Dari kanan, Aiptu Mohamad Hasan, Aiptu Cotje Siahaya, Oentoeng...
ZAIM ARMIES/JAWA POS SIMULASI KEJADIAN: Pjs Wakapolres­tabes Surabaya AKBP Benny Pramono (kiri) bersama Kabag Ops Polrestabe­s Surabaya AKBP Bambang Sukmo Wibowo dan para operator yang duduk di posisinya. Dari kanan, Aiptu Mohamad Hasan, Aiptu Cotje Siahaya, Oentoeng...

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia