Cinta Kain Tradisional dalam Balutan Busana
SURABAYA – Keberagaman kain asli Indonesia menginspirasi sekaligus memotivasi para desainer untuk unjuk kreasi. Kain tenun sumba disulap menjadi busana ready-to-wear oleh Handy Hartono. Ada 12 model yang mengenakan rancangan desainer asal Jakarta itu dalam Bang Wetan Festival, Grand City, kemarin (25/1).
Handy mengatakan cinta dengan kain tradisional Indonesia. Kesukaannya itu tidak hanya ditularkan dengan mendesain busana, melainkan juga mengenal langsung perajinnya. Dia mendalami makna motif setiap kain tradisional yang digunakan dalam karyanya. ’’Seperti kain sumba ini, saya sudah bolak-balik ke Sumba,” ungkap Handy. Pria kelahiran Karawang, Jawa Barat, itu juga beberapa kali dipercaya menyelenggarakan fashion show di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Untuk satu tampilan, Handy bisa bermain kolaborasi lebih dari dua kain. Dengan begitu, busana yang dihasilkan selalu tampak berbeda. ’’Tidak ada yang sama. Apalagi kalau tenun dibuat dengan tangan langsung,” terangnya. Itulah yang membuat busana dari kain tradisional bernilai tinggi.
Handy memang suka mendesain gaya kasual. Dia ingin membuang kesan kain tradisional yang selalu identik dengan acara formal. Juga hanya dipakai orang tua. Karena itu, Handy membuat desain yang ringan dengan pola yang simpel. ’’Kalaupun itu dress, potongannya sangat simpel. Jadi, dipakai sehari-hari juga bisa,” jelasnya. Tampilan kasual tersebut diwujudkan dalam bentuk potongan jumpsuit, two-piece, dan outer. Dengan begitu, dia berharap rancangannya itu disukai perempuan segala usia.
Selain Handy, Novita Yunus tidak mau ketinggalan menunjukkan variasi kain Indonesia. Owner & creative director Batik Chic tersebut menunjukkan 33 busana rancangan terbarunya di Bumi Surabaya City Resort kemarin (25/1).
Dalam trunk show yang berlangsung selama satu jam itu, Novita memamerkan tiga tema desain busananya. Yakni, kebaya, kasual, dan festive. ’’Saya menggunakan dominasi warna merah dengan aksen warna emas,” ungkapnya. Desain itu juga dibuat untuk menyambut Imlek 2018.
Novita menggabungkan warna merah dari berbagai macam kain tradisional Indonesia. Ada kain batik, ada pula tenun. Pencampuran kain itu menjadikan busana yang cantik dengan berbagai macam pola. Motif batik yang diangkat, antara lain, batik Cirebon, batik Jogjakarta, batik Pekalongan, songket Jambi, dan sutra Garut.
Meski didominasi warna merah, Novita tetap menyiasati dengan tambahan warna lain. Misalnya, hijau, emas, dan biru. Warna-warna itu juga diambil langsung dari kain tradisional yang digunakan. Tanpa ada aksesori tambahan.
Acara tersebut sekaligus merayakan anniversary Batik Chic yang berdiri sejak 2009. Selain Surabaya, road show berlangsung di Medan, Malang, dan Jakarta. Uniknya, dalam setiap fashion kali ini, Novita sengaja mengundang kliennya sebagai model. ’’Ini sebagai apresiasi kami kepada mereka yang selalu setia,” tambahnya.