Jawa Pos

Rock Balancing Bukan Batu Mistis

-

WARGANET sempat dihebohkan kemunculan batu-batu yang disusun vertikal di aliran Sungai Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat. Kemunculan batu susun itu sempat dianggap mistis. Eh, ternyata batu tersebut bagian dari seni yang selama ini disebut rock balancing.

Entah dari mana awalnya yang menyebut tumpukan bebatuan itu mistis. Namun, foto-foto yang menyebar di media sosial memang menyebut demikian. Salah satu penyebarny­a akun Facebook Sony Kamil. Pada 2 Februari, akun itu mengunggah video dan status sebagai berikut.

”Pada Hari Kamis pukul 10.00 WIB telah terjadi peristiwa aneh. Ditemukan warga yang akan beraktivit­as ke sawah, tepatnya di sungai Cibojong, Desa Pasir Doton, Kecamatan Cidahu, Sukabumi, Jabar.. Terlihat penampakan ada sekitar 90 batu tersusun rapi seperti arca/ patung yang tidak mungkin disusun oleh Manusia.. Banyak warga yang datang untuk Melihat peristiwa itu dan aparat kepolisian datang ke situ untuk pengamanan”.

Juru Bicara Badan Nasional Penanggula­ngan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, 99 tumpukan batu di Sungai Cidahu tersebut bukan kekuatan mistis. ”Itu buatan warga yang hobi dan ahli menyusun batu. Agar masyarakat peduli sungai,” tulis Sutopo dalam akun Twitter-nya.

Dari penelusura­n Jawa Pos, hobi itu sering disebut rock balancing.

Salah seorang seniman yang terkenal menekuni itu adalah Kokei Mikuni, asal Jepang. Karya-karyanya bisa Anda lihat di akun Instagramn­ya, rocksportr­ait. Karya seni tersebut menggabung­kan cara mengejar keseimbang­an dan desain.

Seniman-seniman rock balancing

di Indonesia bisa Anda temukan di

Fanspage Rock Balancing Indonesia.

Fanspage itu dibuat pada 12 April 2015. Jauh sebelum ada video yang diunggah akun Facebook Sony Kamil. Komunitas tersebut mengklaim susunan batu yang ada di Sungai Cidahu merupakan salah satu karya anggota mereka. Duh... Sony mungkin terlalu banyak melihat acaraacara mistis di televisi. Jadi terlalu mudah menyimpulk­an rock balancing penampakan mistis.

Lantaran dianggap mistis oleh masyarakat, aparat setempat akhirnya menghancur­kan karya seni tersebut. Termasuk memperliha­tkan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat. Wakil Ketua MUI Zainut Sa’adi mengatakan, masyarakat harus waspada dan cermat dalam menerima setiap berita. ”Budayakan melakukan kroscek dan klarifikas­i (tabayun) setiap kali menerima berita sehingga tidak jatuh pada kesesatan,” ujarnya.

 ?? CHIS/JAWA POS ??
CHIS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia