Food Blogger
Kejelian membaca peluang membuat bisnis nugget pisang Jane Puspa berkembang. Dari mengawali penjualan via online, kini dia bersiap membuka kedai ke-16.
DI era media sosial sekarang ini, memasarkan suatu produk bukan perkara yang sulit. Mudah dan murah. Itu pula yang dilakukan Jane Puspa saat merintis bisnis nugget pisang The Banaboo.
Ketika awal memasarkan produk nugget pisang medio 2017, Jane hanya menggunakan media sosial dan dunia maya. Nah, ulasan positif membuat produknya terus eksis. Termasuk dari food blogger. Bahkan, penulis buku dan komikus Raditya Dika turut mengulas produknya dengan nada positif. Tanpa dibayar.
’’Itu menjadi salah satu pembuktian sih bahwa ternyata produk kami memang unggul dibandingkan dengan nugget pisang sejenis,’’ tuturnya saat ditemui Jawa Pos di salah satu kedai The Banaboo.
Seiring berkembangnya The Banaboo, penjualan pun tidak hanya dilakukan melalui aplikasi Go-Food. Jane juga membuka kedai di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang). Tujuannya, The Banaboo bisa semakin terjangkau konsumen di wilayah tersebut. ’’Biar ongkirnya tidak terlalu mahal,’’ ungkap anak pertama dari dua bersaudara itu.
Jane cukup agresif membuka kedai The Banaboo. Belum setahun sejak didirikan pada 28 Juli 2017, dia sudah memiliki 13 kedai The Banaboo. Bahkan, Jane dalam waktu dekat ekspansi dengan membuka kedai di Bandung serta Cirebon. Total kedai The Banaboo pun bakal mencapai 16.
Pilihan Jane untuk terjun di bisnis kuliner tidak lepas dari kegemarannya memasak. ’’Lalu, saya berpikir apa yang disukai masyarakat Indonesia. Faktanya, masyarakat Indonesia suka pisang,’’ katanya.
Dia pun membuat olahan pisang yang dianggap lebih kekinian, yakni dibikin nugget. Pisang nugget memang tengah menjamur dan menjadi favorit banyak orang. ’’Pisang nugget juga termasuk finger snack. Jadi, cara makannya simpel,’’ ucap gadis yang berulang tahun setiap 18 Juni itu.
Untuk membedakan dengan pisang nugget sejenis, Jane membuat rasa yang belum marak di pasaran. Juga, menjaga kualitas pisang yang digunakan. ’’Pisangnya saja sudah enak. Kalau diberi tambahan rasa, akan semakin enak,’’ tuturnya.
Jane menjelaskan, nama The Banaboo diambil dari kata banana yang berarti pisang dan boo. ’’Boo terdengar lucu saja,’’ ucap Jane. Desain logo dibuat sendiri. Didominasi warna kesukaan Jane, pink dan biru muda.
Berbisnis sejak SMA Bakat bisnis Jane terasah sejak berstatus siswa SMA. Yang dilakoni adalah berjualan via online. Usaha itu berlanjut saat dia menjadi mahasiswa di Tiongkok. Jane menjadi importer sepatu perempuan.
Setelah 1,5 tahun, bisnis online tersebut terhenti karena padatnya jadwal perkuliahan Jane. Ketika memasuki tahun terakhir kuliah, dia kembali berbisnis. Kali ini Jane bersama temannya menekuni bisnis katering dengan cita rasa masakan internasional.
’’Banyak mahasiswa internasional yang tidak terlalu suka makanan di sana. Ada yang dari Afrika maupun negara muslim. Sehingga kami berinisiatif menyediakan katering yang disesuaikan dengan cita rasa mereka,’’ papar gadis 23 tahun tersebut.
Minimnya pekerja membuat Jane membatasi pesanan. Maksimal 50 pesanan sehari. ’’Ide masakan dari saya. Marketing-nya teman saya,’’ katanya.
Meski terbilang sukses dan banyak peminat, bisnis itu hanya mampu bertahan selama enam bulan. Sebab, Jane harus pulang ke Indonesia.
Nah, saat kembali ke tanah air itulah dia merintis The Banaboo. ’’Saya orangnya memang tidak bisa diam. Kalau tidak ada kesibukan, lebih suka bikin bisnis,’’ ungkap putri pasangan Jimmy Chandra dan Linda Wati Gunawan itu. Setelah The Banaboo, Jane berniat merambah bisnis lainnya.