Tarif Mulai Rp 10 Juta, Pengintaian sampai Luar Negeri
Ketika Detektif Cinta di Singapura Kebanjiran Order
Di negara yang penduduknya terlalu gila kerja dan enggan membentuk keluarga, cinta tetap menjadi urusan serius. Bahkan ’’sangat serius’’. Sampaisampai peran mata-mata asmara alias detektif diperlukan untuk menguji kesetiaan pasangan dan menilai kualitas hubungan.
HANNAH (bukan nama sebenarnya) gelisah. Beberapa bulan terakhir, tunangannya jarang apel. Jangankan berkunjung ke rumah, makan malam berdua pun tidak sempat. Alasannya sibuk. Lembur. Banyak pekerjaan. Namun, perempuan muda itu tidak bodoh. Dia mencium ketidakberesan. Dia curiga pujaan hatinya yang berusia 30 tahun tersebut mendua alias selingkuh.
Hannah akhirnya mengontak James Loh, detektif swasta yang punya reputasi sangat bagus di Singapura. ’’Saya butuh bantuan Anda,’’ kata Loh, menirukan ucapan Hannah, kepada The Sunday Times kemarin (4/2). Dalam hitungan bulan, Hannah mendapatkan jawaban. Tunangannya tidak setia. Dia gemar main perempuan. Bahkan, ada yang berasal dari kalangan artis.
Air mata Hannah tak terbendung. Sambil memandangi foto-foto dan rekaman video dari Loh yang seluruh setting-nya di salah satu hotel, dia menangis. Hannah memutuskan untuk mengakhiri pertunangannya. ’’Mayoritas klien saya adalah kaum muda yang tidak mau salah pilih pasangan. Mereka tak mau menyesal setelah menikah,’’ ungkap Loh.
Selama 16 tahun menggeluti dunia spionase, Loh menyebutkan bahwa tren kasus yang ditanganinya berubah dalam lima tahun terakhir. Belakangan, detektif yang juga menjabat managing director International Investigators itu lebih banyak menangani kasus asmara.
Jumlah klien yang mempekerjakan Loh untuk menyelidiki riwayat percintaan sang kekasih atau tunangan naik 50 persen dalam setahun terakhir. Sementara itu, jumlah klien yang ingin pasangannya dimata-matai naik sekitar 30 persen.
’’Dalam satu tahun, rata-rata menangani 300 kasus yang berhubungan dengan pernikahan dan keluarga. Sebanyak 40 kasus di antaranya berkaitan dengan pasangan yang belum menikah,’’ terang Loh.
Dia juga menemukan fakta bahwa kaum hawa bisa mengkhianati pasangannya dan main serong. Padahal, biasanya, perselingkuhan didominasi kaum pria.
Banyak detektif kasus asmara seperti Loh di Singapura. Misalnya, David Kang. Pendiri SG Investigators tersebut sudah 15 tahun berkecimpung di dunia spionase. Kang mengatakan, menangani kasus percintaan gampang-gampang susah. Namun, bayarannya besar.
Loh dan Kang biasanya mendapat bayaran USD 800 hingga USD 1.000 (sekitar Rp 10,7–13,4 juta) per kasus. Namun, tarif itu bisa berubah jika target yang diintai melakukan perjalanan ke luar negeri. Demi profesionalisme, Loh dan Kang mengikuti target ke mancanegara. Klien biasanya setuju untuk membiayai.
Menurut Kang, menjadi matamata cukup berisiko. Selain harus pandai merekam bukti, detektif dituntut cekatan. ’’Pelipis saya retak tahun lalu. Saya jatuh saat mengejar target,’’ ujarnya, lantas tersenyum kecut.
Pelaporan akhir kepada klien kerap menjadi momen yang tidak disukai Loh dan Kang. ’’Klien biasanya emosional saat menerima bukti yang diberikan,’’ tutur Loh.