Medali FM Pertama buat Anak
Didiek Pangestu Hadi, Dokter Penggiat Lari di Pontianak
Berprofesi sebagai dokter, Didiek Pangestu Hadi punya beban memberi contoh gaya hidup sehat kepada pasiennya. Dia ikut membidani berdirinya komunitas Indorunners Pontianak. Pada November 2017, dia berhasil menyelesaikan full-marathon pertamanya.
OLAHRAGA bukan hal baru bagi Didiek. Sejak kecil, dia aktif bermain sepak bola, sepeda, dan lari. Belakangan juga futsal. Ayahnya yang juga berprofesi sebagai dokter selalu mengajak ibunya untuk berolahraga jalan kaki rutin setiap pagi.
’’Beliau berdua menjadi panutan saya untuk berolahraga. Terlebih, di usia yang memasuki kepala tujuh ini, kedua orang tua saya masih sehat tidak ada sakit apa pun,” tutur Didiek.
Didiek bergabung dengan komunitas Indorunners Pontianak. Komunitas yang dibentuk Ais Fitaloka dan Diar Andihafsari tersebut baru berdiri awal 2013. Didiek termasuk pionir karena menjadi member angkatan pertama. ’’Saya hobi lari dan komunitas ini satu-satunya wadah buat pelari di sini (Pontianak),” ujarnya.
Indorunners Pontianak memiliki tiga agenda rutin setiap minggu. Yaitu, Thursday Night Run 5K, Saturday Long Run 10K, dan Sunday Morning Run 5K. Setiap minggunya titik kumpul untuk start finis komunitas tersebut berbeda-beda. Bisa di Tugu Digulis, Masjid Mujahidin, atau Alun-Alun Kapuas. Dalam waktu dekat, Didiek dan Indorunners Pontianak akan ramai-ramai ikut Jogja Marathon pada 15 April 2018 yang mengambil lokasi start dan finis di Candi Prambanan. Didiek yang saat ini menjalani pendidikan di Magister Ilmu Kesehatan Olahraga Universitas Airlangga Surabaya lebih memilih berjalan kaki dari tempat tinggalnya ke kampus. Jarak dari tempat tinggalnya ke kampus sekitar 3,5 km. Dalam seminggu, biasanya dia berlari 3–4 kali. Apabila jadwal luang, Didiek bisa saja menyempatkan berlari setiap hari. ’’Lari bukan kewajiban, tapi keharusan,” ucapnya.
Menjadi penghobi olahraga lari sejak kecil, Didiek berprinsip listen to your body. Apabila tubuhnya dalam keadaan fit, dia akan berolahraga secara rutin. Sebaliknya, jika tubuhnya dalam kondisi menurun, tentu dia tak akan memaksakan diri untuk berlari. Sebab, bagi dia, ada dua tujuan lari, yaitu rekreasi dan kesehatan, bukan prestasi.
Dokter kelahiran Pontianak itu tak pernah melewatkan setiap event lari yang ada di Pontianak dan sekitarnya. Dia sering mengikuti race 5K dan 10K. Yang terbaru, Didiek mengikuti Jawa Pos Fit East Java Marathon 2017 kategori full-marathon (42,195 km). Itulah race tempat Didiek melepas status sebagai virgin marathoner. Catatan waktunya lumayan untuk seorang pemula, 5 jam 44 menit 43 detik.
Maraton di Suramadu adalah FM pertamanya dengan persiapan minim tapi sekaligus menjadi race spesial. Medali penamat yang diraihnya dipersembahkan untuk putri kecilnya, Dzakiyya Khaira Sakhi, yang berulang tahun tiga hari menjelang perlombaan berskala internasional itu.