Kendalikan Pemakaian Air Tanah
Peneliti ITS: Air Sumur Mulai Asin
SURABAYA – Penurunan muka tanah akibat eksploitasi air bawah tanah menjadi permasalahan kota besar di berbagai dunia. Surabaya mulai menghadapi masalah tersebut. Mumpung belum parah, pakar menyarankan agar pemerintah mengawasi perizinan pengeboran sumur itu.
Dosen Teknik Geomatika ITS Surabaya Akbar Kurniawan menerangkan bahwa banyak faktor yang mengakibatkan penurunan tanah. Salah satunya pengambilan air tanah yang berlebihan. Baik air bawah tanah dengan kedalaman lebih dari 50 meter maupun air permukaan pada sumursumur warga. ”Sumur-sumur ini memang kecil. Tapi, kalau yang punya sekampung, kan juga berdampak,” ujarnya.
Selain itu, jumlah pemakaian air bawah tanah dalam skala besar harus dikendalikan. Menurut dia, industri yang mengambil air tanah pasti memakai pompa berskala besar. Jika dibiarkan, Surabaya bisa mengikuti jejak Jakarta. Penurunan tanah di kawasan ibu kota itu mencapai 5–12 sentimeter per tahun.
Saat air bawah tanah dan air permukaan tersedot, daratan secara otomatis semakin turun. Penurunan tanah itu didukung kondisi Surabaya yang padat bangunan. Bukan hanya kawasan permukiman, bangunan pencakar langit juga banyak berdiri.
Bangunan tinggi banyak terdapat di tengah kota. Karena itu, tingkat penurunan di kawasan Bambu Runcing lumayan dalam. Setiap tahun kawasan tersebut menurun hingga 1,2 cm. Ada juga penurunan di area pantai utara Surabaya di Benowo hingga Krembangan yang mencapai 1,07 cm.
Tanah di kawasan pertambakan tersebut semakin turun. Saat air laut pasang, kawasan itu sering tergenang. Bahkan, di Jalan Jawar, kondisi air di tambak dan jalan raya nyaris sejajar. ”Tapi, memang daerah di kawasan barat itu sudah rendah dari dulu,” jelasnya.
Daratan yang semakin rendah juga mengakibatkan intrusi air laut ke dalam tanah. Akbar menerangkan bahwa pertengahan tahun lalu ITS meneliti tingkat salinitas atau kandungan garam air sumur. ”Air sumur yang kami teliti asin. Itu kami teliti di kawasan timur agak ke utara,” jelasnya.
Masalahnya, belum ada data pembanding di banyak wilayah. Penelitian lanjutan perlu dilakukan agar pemkot bisa mengukur dampak pengambilan air dalam tanah tersebut. Air payau yang masuk ke tanah bakal membahayakan konstruksi bangunan yang memiliki fondasi dalam. ”Saya sudah sarankan agar PDAM bisa meng-cover kebutuhan air seluruh kota,” lanjutnya.
Dirut PDAM Surabaya Mujiaman Sukirno berjanji untuk memenuhi seluruh kebutuhan tersebut tahun ini. Produksi air bakal ditingkatkan dari 10 ribu liter per detik menjadi 13 ribu liter per detik. ”Kami sudah mendata hotel, apartemen, dan industri pelanggan kami. Nanti mereka harus pakai PDAM semua,” jelasnya.