Tingkat Konsumsi Ikan di Bawah Rata-Rata Nasional
DKPP Gencarkan Sosialisasi
SURABAYA – Tingkat konsumsi ikan warga Surabaya masih di bawah standar ketetapan nasional. Permasalahan tingginya harga ikan dan pola pikir pemenuhan kebutuhan protein dengan daging sapi dan ayam menjadi penyebabnya.
Data konsumsi ikan pada 2017 menunjukkan, setiap orang di Surabaya baru mengonsumsi ikan sebanyak 43 kg per tahun. Padahal, target konsumsi ikan secara nasional pada tahun yang sama sudah mencapai 47 kg.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Joestamadji membenarkan soal belum tingginya animo masyarakat untuk mengonsumsi ikan. Dia menilai hal tersebut terjadi karena beberapa hal. Di antaranya, masih tingginya harga ikan jika dibandingkan dengan sumber protein pangan lain seperti daging sapi dan ayam.
Tingginya harga ikan di Surabaya itu tidak terlepas dari produksi ikan yang minim. Dalam setahun, jumlah produksi ikan di Surabaya hanya mencapai 8 ribu ton. Sementara itu, jumlah penduduk Surabaya sekitar 3 juta orang.
Kondisi tersebut membuat kebutuhan warga Surabaya terhadap ikan dicukupi daerah lain. Dengan begitu, harga ikan di pasaran cukup mahal. ”Dibandingkan dengan harga daging ayam, misalnya, harga ikan jelas lebih mahal,” tuturnya.
Masalah lain soal minimnya konsumsi ikan adalah pola pikir masyarakat. Mayoritas penduduk Surabaya merupakan orang urban. Mereka berpindah dari desa ke kota. Mereka masih terbiasa memenuhi kebutuhan protein dengan asupan daging ayam dan sapi.
Untuk konsumsi ikan, mereka tidak terbiasa. Hal itu, menurut Joestamadji, berbeda dengan daerah pesisir. Mayoritas penduduknya memang sejak kecil tinggal di pesisir. Di Makassar, misalnya, tingkat konsumsi ikan jauh lebih tinggi.
Untuk mengatasi minimnya konsumsi ikan tersebut, kata Joestamadji, saat ini DKPP gencar menyosialisasikan gerakan gemar makan ikan.