Terjebak di Mobil saat Gempa Jogjakarta 2006
Banjir menempati urutan pertama bencana hidrometeorologi pada 2017. Disusul puting beliung dan tanah longsor. Bagaimana prediksi tahun ini? Berikut obrolan wartawan Jawa Pos Juneka Subaihul Mufid dengan kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) itu. Peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk memperkuat BMKG?
Peralatan kami memang rata-rata sudah berusia sepuluh tahun. Misalnya yang terkait dengan penerbangan, automated
weather observing system (AWOS) untuk mengukur kecepatan angin dan jarak pandang. Itu kan peralatannya sudah sepuluh tahun. Bahkan, ada yang lebih. Begitu juga dengan radar untuk memperkirakan apakah curah hujan ekstrem atau tidak. Itu perlu di-upgrade. Kalau dibandingkan dengan Asia-Pasifik, kita ini yang paling kuat, paling bagus, dan dipercaya di Asia-Pasifik. Tapi, dengan Jepang, kita ketinggalan 20 tahun.
Idealnya, berapa anggaran untuk BMKG agar bisa mengejar ketertinggalan itu?
Anggaran kami rata-rata hanya Rp 1,5 triliun. Seharusnya, untuk menjaga teknologi itu agar tetap akurat, ya Rp 2,5 triliun–Rp 3 triliun.
Saat anggaran masih kurang, apa yang bisa dilakukan?
SDM (sumber daya manusia, Red) yang kami perkuat. Kemampuan analitis harus kami perkuat dan disiplinnya harus
kenceng. Makanya, kami latih dalam bentuk taruna, bukan dalam bentuk sekolah biasa.
Potensi bencana tahun ini?
Yang jelas, (bencana) hidrometeorologi itu masih. Yaitu banjir, longsor, banjir bandang, dan angin ribut. Karena perubahan iklim global, kita kena dampaknya. Naiknya permukaan air laut, pasang rob, itu juga masih. Gempa juga. Kita kan hidup di daerah tumbukan lempeng.
Punya pengalaman pribadi menghadapi bencana?
Saya pernah mengalami gempa di Jogjakarta tahun 2006. Waktu itu informasi kegempaan masih sangat kurang. Masyarakat panik dan bingung. Saya terjebak di dalam kondisi semua orang lari. Ada yang naik mobil, naik motor, ada yang jalan. Wahh, malah macet. Mereka bingung karena mendapat info
hoax ada tsunami. Lha, saya orang geologi. Maksudnya itu ya tidak lari. Tapi, karena ada di jalan, kedesek-desek mobilnya dan ikut terjebak. Tapi, akhirnya saya bisa menghubungi teman geologi dan kami cek data, ternyata tidak ada tsunami. Sekarang masyarakat tidak bingung informasi. Semua ada di genggaman. Tidak usah cari ke mana-mana. Buka
Play Store info BMKG. Itu kalau sudah ada tahun 2006, kita kan tidak pada lari. (jun/c11/pri)