Jawa Pos

Menguat, Indikasi Human Error

Penyebab Crane Proyek Double-track Ambruk

-

JAKARTA – Polres Metro Jakarta Timur menemukan indikasi human error dalam insiden ambruknya crane proyek double-double-track Manggarai–Jatinegara di Jakarta Timur Minggu lalu (4/2). Bantalan alat untuk memasang girder itu terpasang miring

Akibatnya, struktur launcher

gantry kolaps.

Kapolres Metro Jakarta Timur Kombespol Tony Surya Putra menyatakan, saat ini tengah didalami kemungkina­n kelalaian operator crane yang berinisial AN dan pengawas MC.

”Crane dinilai masih dalam kondisi baik dan layak untuk digunakan,” kata Tony kemarin (5/2). ”Hasil pemeriksaa­n, operator bekerja tidak sesuai dengan

standard operating procedure (SOP) sehingga mengakibat­kan

launcher dan bantalan terjatuh, mengenai empat pekerja yang berada di bawah,” lanjutnya.

Polisi saat ini terus mendalami apa yang menjadi penyebab kelalaian AN dan MC. Apakah mereka bekerja dalam kondisi lelah atau ada unsur lain.

Terpisah, anggota Komite Keselamata­n Konstruksi (KKK) Iwan Zarkasi menyatakan, ada dua hal yang bisa menjadi penyebab kecelakaan tersebut. Yakni faktor pekerja dan peralatan.

Dari hasil observasi lapangan, alat itu sudah digunakan untuk pekerjaan konstruksi di enam segmen sebelumnya. Semuanya berhasil, tidak ada masalah.

”Ketika manuver, bergerak ke segmen tujuh, alat mengalami masalah,” kata Iwan kemarin.

Karena itu, kecil peluang insiden di Jakarta Timur tersebut disebabkan masalah pada alat. Penyelidik­an yang dilakukan KKK menemukan, ada masalah dalam pemindahan launcher gantry. Alat berat tersebut memiliki front leg yang akan mengunci pergerakan. Namun, saat kejadian, front leg menyenggol tumpuan sementara sehingga alat itu jatuh.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljon­o juga menegaskan bahwa kondisi alat tersebut baik. Apalagi, alat itu tergolong baru. ”HK (PT Hutama Karya, Red) punya dua alat. Baru semua. Harganya Rp 50 miliar satunya. Kalau alat, kan kriteriany­a enam tahun,” tutur Basuki.

Mengenai faktor manusia, Iwan memastikan bahwa seluruh pe- kerja telah disertifik­asi. Para pekerja itu juga langsung dipekerjak­an oleh HK. Bukan dari subkontrak­tor atau subkontrak­tor spesialis. Namun, Iwan menilai, bisa jadi ada faktor psikis yang mengganggu karena bekerja dalam kondisi basah setelah hujan.

”Jadi, sekitar pukul 23.00 hujan turun. Para pekerja menunggu lama sehingga pukul 05.00 baru bisa mulai bekerja. Saya tidak tahu jika memang ada faktor psikis bekerja dalam kondisi basah. Ini masih perlu observasi lapangan lagi,” ungkap Iwan.

Direktur Jembatan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementeria­n PUPR itu mengatakan, tim dari KKK akan melakukan wawancara dan diskusi dengan para pekerja di sana. Iwan menjelaska­n, sebagai gambaran awal, tim sudah memetakan posisi para pekerja yang menjadi korban tewas saat insiden tersebut berlangsun­g.

”Posisi mereka di mana saja sudah dipetakan. Dari situ, kami bisa menelusuri siapa mengerjaka­n apa pada saat kejadian,” jelas dia.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia