Jawa Pos

Bisa Menyusu Langsung, Semenit Rp 21 Ribu

Tang, perempuan 24 tahun asal Guangxi, Tiongkok, membuang jauh rasa malu dan gengsinya. Bersama suaminya, dia menjual ASI-nya. Langsung di kemasan aslinya alias tidak pakai botol atau kemasan beku. Siapa yang berminat bisa langsung menyusu.

-

TANG, perempuan yang hanya disebut dengan nama itu, kerap terlihat menggendon­g bayi di salah satu sudut Children’s Park, Shenzhen, Provinsi Guangdong, Tiongkok, sambil menyusui. Bayi tersebut bukanlah anak Tang, melainkan para ”klien” yang menikmati ASI itu.

Selama beberapa pekan belakangan ini, Tang dan suaminya memang menjual ASI segar. Langsung disusukan kepada bayi. Per menit harganya hanya CNY 10 atau setara Rp 21 ribu.

Tang tak membatasi usia anak yang ingin menyusu kepadanya. Bagi dia dan suaminya, yang terpenting adalah mendapatka­n uang secepatnya. Mereka harus mengumpulk­an uang setidaknya CNY 100 ribu (Rp 214,6 juta) untuk perawatan salah seorang putri kembarnya yang kini dirawat di People’s Hospital, Distrik Bao’an, Shenzhen.

”Saat ini saya sangat membutuhka­n uang untuk membayar biaya perawatan putri saya yang sakit parah. Saya bisa menyusui di tempat.” Itu adalah bunyi kertas pengumuman yang dibawa pasangan tersebut. Di sudut bawah kertas itu, ada foto putri mereka yang kini berada di ruang perawatan intensif (ICU), rekam medis, dan surat keterangan miskin milik keluarga kecil itu.

Aksi mereka diunggah Pear Video ke website Miaopai dan akhirnya menjadi viral di dunia maya. Video itu juga diunggah di Sina Weibo dan ditonton lebih dari 2,4 juta orang serta mendulang 5 ribu komentar dan 3 ribu likes.

Foto-foto Tang yang menyusui bayi di taman juga beredar luas. Banyak yang merasa kasihan dan berharap bertemu Tang untuk membantu sebisanya. Tapi, tak sedikit pula yang memberikan komentar negatif dan menganggap aksi tersebut terlalu vulgar untuk meminta bantuan.

”Mereka yang berkata buruk di dunia maya harus berpikir. Jika itu adalah anak kalian, apakah kalian masih memilih menjaga harga diri ketimbang menyelamat­kan nyawa anak?” tulis salah seorang warganet yang membela Tang sebagaiman­a dilansir BBC.

Setelah video tersebut viral, Southern Metropolis Daily mencoba menelusuri kebenaran kisah Tang. Hasilnya, diketahui bahwa Tang dan suaminya adalah pekerja migran yang sudah 16 tahun tinggal di Shenzhen. Pada 17 Desember lalu, dia melahirkan bayi kembar perempuan saat usia kehamilann­ya 36 minggu. Salah seorang bayinya sehat, tapi tidak demikian dengan saudaranya yang kerap panas dan masih dirawat di ICU.

Pihak rumah sakit menyatakan bahwa kondisi vital bayi Tang stabil, tapi dia didiagnosi­s menderita meningitis dan shock septik akibat sepsis. Bayi mungil itu tak mungkin keluar dari rumah sakit secepatnya. Rumah sakit menjamin bahwa tidak ada perawatan yang ditunda gara-gara masalah biaya. Mereka telah membicarak­an masalah penanganan pembiayaan tersebut dengan Tang dan suaminya. Tapi, tentu saja tidak ada pernyataan bahwa biaya perawatan bakal digratiska­n.

Di Tiongkok, penduduk miskin biasa melakukan hal-hal yang tidak wajar untuk membayar biaya rumah sakit yang membengkak. Misalnya, berpakaian seperti tokoh kartun Pikachu untuk menjual boneka seks, menjual keperawana­n, dan berbagai hal lainnya.

 ?? SHANGHAIIS­T ?? DEMI BUAH HATI: Tang dan suaminya melayani ”klien” yang membeli ASI-nya di taman kota.
SHANGHAIIS­T DEMI BUAH HATI: Tang dan suaminya melayani ”klien” yang membeli ASI-nya di taman kota.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia