Jawa Pos

Latih Kecerdasan Emosional

-

LIZA M. Djaprie, psikolog klinis dewasa dari Sanatorium Dharmawang­sa, menyebut kesehatan mental sangatlah penting. Namun, hal itu sering terabaikan. ”Kita ini mind, body and soul harus selaras,” ucapnya. Permasalah­annya, di kalangan masyarakat urban, orang sering lupa. Sibuk bekerja, pikiran aktif namun tidak pernah olahraga, dan tidak merasa bahagia. ”Akibatnya, seperti satu tubuh, tapi terpecah-pecah,” lanjutnya.

Kesehatan mental memang abstrak. Kalau terluka badan, misal tergores, berdarah, terlihat nyata sehingga lebih cepat diobati. ”Kalau yang terluka jiwa, saking abstraknya, kita sering kali nggak ngeh,” kata Liza. Apalagi, lanjut dia, orang dengan kesadaran diri rendah. Ada penyangkal­an-penyangkal­an yang mengakibat­kan kesehatan mental itu semakin terabaikan.

Depresi bisa terjadi pada siapa saja. Pada orang dengan tantangan hidup yang makin besar, makin muda pula dia bisa terserang depresi. Anak SD saja sudah mengalami depresi. Liza menduga, orang tuanya mungkin sibuk menyelesai­kan tantangan hidup dan lupa mendamping­i anak. Padahal, tuntutan terhadap anak juga tinggi. Jika anak stres dan tidak punya teman mengobrol, dia rentan depresi.

Mengenai banyaknya selebriti yang mengalami depresi, Liza punya penjelasan. Kecerdasan intelektua­l dan segala properti fisik, ketika tidak diikuti kecerdasan emosional dan ada stres yang tidak bisa dikelola dengan baik, berpotensi menimbulka­n depresi.

”Level stres seseorang ibarat plafon rumah. Kalau plafonnya rendah, pengap rasanya. Kalau tinggi, lebih nyaman untuk bernapas,” urai ibu empat anak itu. Sama halnya dengan kecerdasan intelektua­l, tinggi rendahnya ”plafon” kecerdasan emosional merupakan hasil latihan sejak kecil.

Terkadang tanpa sadar, orang tua tidak melatih kecerdasan emosi anak secara tepat. Liza mencontohk­an, ketika anak punya masalah dengan teman di sekolah, orang tua datang ke sekolah marah-marah. ’’Hal itu tidak melatih skill anak dalam problem solving dan kemampuan negosiasi,’’ ujarnya.

Pada usia lebih dini, kemampuan anak menghadapi masalah bisa dilatih lewat hal-hal sederhana. Ketika si kecil terbentur meja, misalnya, ingatkan dia untuk berhati- hati. Bukan malah bereaksi menyalahka­n si meja. ’’Ini melatih anak punya kontrol internal, kemampuan mengambil kendali atas hidupnya,’’ papar Liza.

Terkait depresi yang menimpa selebriti populer, Liza berpesan kepada para penggemar untuk tetap memiliki kendali atas diri secara internal. Dengan demikian, mereka bisa tetap berpikir dengan logika. Ambil pelajaran bagaimana mengelola stres sehingga tidak ikut-ikutan depresi,’’ ingatnya.

 ?? FOTO DIPERAGAKA­N MODEL, IMAM HUSEIN/JAWA POS ?? BERPIKIR POSITIF: Memiliki kontrol internal dapat menghindar­kan seseorang dari perbuatan nekat seperti bunuh diri.
FOTO DIPERAGAKA­N MODEL, IMAM HUSEIN/JAWA POS BERPIKIR POSITIF: Memiliki kontrol internal dapat menghindar­kan seseorang dari perbuatan nekat seperti bunuh diri.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia