Siswi Jual Diri demi Narkoba
Kecanduan tapi Tak Punya Uang
SURABAYA – Dampak narkoba terhadap pelajar sangat memprihatinkan. Seorang siswi SMP di Surabaya rela menjual diri agar bisa menikmati narkoba. Meski usianya sangat belia, dia juga rela berkorban agar bandar yang menyuplainya tidak ikut tertangkap saat penggerebekan.
Hal tersebut ditemukan Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya saat mendalami keterlibatan seorang siswi berinisial LK. Kepala BNNK AKBP Suparti mengatakan, pendalaman itu dilakukan dengan menyelidiki telepon genggam siswi tersebut. ”Ada indikasi, siswi ini sudah lama dan sangat berpengalaman di dunia narkoba,” jelasnya.
Berdasar pesan-pesan pendek yang dia kirimkan kepada teman-temannya, LK sudah berani menjajakan barang haram tersebut. Padahal, dalam pemeriksaan awal, dia mengaku hanya dititipi 2.000 pil koplo oleh pamannya berinisial BS yang saat ini masih buron. Pil tersebut ditemukan petugas saat menggeledah kamarnya
Bukan itu saja. Dari penyelidikan, LK juga sering mengajak teman-temannya berpesta narkoba. Bukan hanya pil koplo, tetapi juga sabu-sabu. ”Pestanya bergantung pemberian pamannya. Dia sering diberi sabu-sabu,” beber Suparti.
Tak berhenti sampai di situ. Saking kecanduannya, LK rela melakukan apa pun untuk bisa menikmati narkoba. Di salah satu pesan pendek, siswi kelahiran 21 Juli 2002 itu sempat menawarkan dirinya. ”Kami menduga, dia sudah menjual dirinya,” urai mantan Kasubbaghumas Polrestabes Surabaya tersebut.
Saat dikeler untuk menggerebek rumah pamannya yang menjadi bandar narkoba, LK berusaha melindungi agar dia segera kabur. LK berteriak dengan menyuarakan kode tertentu agar terdengar pamannya. Bandar itu pun bisa melarikan diri dari petugas. Setelah diinterogasi, LK ternyata sudah mengenal istilah ’’tukar kepala’’. Istilah tersebut lazim digunakan bandar kecil untuk memberikan informasi kepada petugas. Terutama terkait keberadaan bandar yang lebih besar.
Jika melihat gelagatnya selama ini, Suparti memprediksi LK sudah terlibat cukup dalam di dunia narkoba. Saat kecanduan, dia rela menjual diri. Apalagi, LK tidak berasal dari keluarga berada.
Hal itu didukung dengan kondisi keluarganya yang semuanya terlibat narkoba. Ibunya saat ini menjadi pasien rehabilitasi karena kecanduan. Saudaranya pun demikian. Akibatnya, pengawasan menjadi sangat lemah.
Karena itulah, Suparti terus berusaha mendalami temuan tersebut. BNNK sebenarnya sudah memanggil siswi SMP di Surabaya Selatan itu untuk kembali dimintai keterangan. Namun, saat dijemput di rumah maupun sekolahnya, dia sudah kabur. ”Kami khawatir dia dibawa lagi oleh pamannya,” terangnya.