Tinggal Semprot, Panen Sawi Lebih Cepat
Ketua RW IX, Kelurahan Wiyung, Ciptakan Pupuk Organik
Masyarakat perkotaan semakin menyadari perlunya mengonsumsi sayuran sehat, bebas bahan kimia. Beberapa warga mengembangkan sendiri menanam sayur di rumah. Lebih ekonomis.
KETUA RW IX, Kelurahan Wiyung, Sujarno punya cara sendiri untuk memanfaatkan sampah di rumahnya. Dia mengolahnya menjadi pupuk organik untuk menanam sayuran di rumahnya.
Prosesnya cukup mudah. Sampah sayur dan buah-buahan dipotong kecil-kecil. Kemudian, ditambahkan air perasan beras dan gula merah. Setelah itu, semua bahan dimasukkan ke dalam mesin blender. ’’Bisa juga diganti dengan tetes tebu atau air kelapa. Hasilnya lebih bagus,’’ jelas Sujarno saat ditemui di kediamannya di Perumahan Taman Pondok Indah, Blok CY, Kamis (1/2).
Setelah diblender, bahan tersebut diendapkan untuk proses fermentasi. Jika menggunakan tetes tebu, fermentasi berjalan selama 5–10 hari. Namun, jika menggunakan gula merah, prosesnya lebih cepat, 4–5 hari.
Setelah fermentasi selesai, bahan diperas untuk diambil airnya. Sujarno menjelaskan, dirinya sengaja memerasnya agar mendapat kandungan nutrisi yang maksimal. ’’Kalau diperas dulu baru difermentasi, nutrisinya ikut terbuang bersama perasan,’’ kata suami Titik Sri Indayani itu.
Saat menggunakannya, pupuk organik dicampur dengan air. Perbandingannya 1:5 hingga 1:8. Kemudian, pupuk itu disemprotkan ke bagian daun tanaman atau disiramkan di batangnya. Menurut Sujarno, tanaman yang disemprot dengan pupuknya lebih cepat panen. Misalnya, untuk tanaman sawi, dalam waktu sebulan saja sudah bisa dilakukan panen. Padahal, dengan pupuk biasa, biasanya dibutuhkan waktu 2–3 bulan untuk panen.
Saat ini pupuk organik buatan Sujarno telah dinikmati warga sekitar tempat tinggalnya di Surabaya dan Blitar. Bapak dua anak itu juga tidak pelit membagikan ilmu. Bahkan, tanaman yang tumbuh subur di depan rumahnya juga boleh diminta jika ada warga yang menginginkan.
Pensiunan TNI Angkatan Laut (AL) itu sudah sejak dua tahun lalu membuat pupuk organik. Namun, dia baru membagikan kepada tetangganya di Surabaya sejak empat bulan terakhir. Sebagai ketua RW, Sujarno berharap upayanya itu bisa memotivasi warga yang lain untuk bercocok tanam di rumah. ’’Supaya bisa menghasilkan bahan makanan yang sehat,’’ ujarnya.
Ilmu tentang tanaman didapat Sujarno ketika mengikuti pelatihan singkat di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang. Kala itu dia masih bertugas di TNI-AL. Selama sepekan menimba ilmu, dia semakin tertarik pada tanaman. ’’Memang, dasarnya sudah suka bercocok tanam,’’ imbuhnya. Setelah itu, Sujarno semakin giat menciptakan inovasi yang berkaitan dengan penghijauan dan lingkungan.
Contohnya, pada 2012, dia menciptakan cairan untuk menghilangkan bau kotoran. Yakni, menggunakan campuran air kelapa, gula putih, dan ragi. Cairan disiramkan ke kotoran seperti sampah atau lubang WC, kemudian baunya bisa hilang.
Selanjutnya,Sujarnoberencanamembuat tanamanhidroponikdidepanrumahnya. Air dalam pipa akan dicampur dengan pupuknya. Kemudian, dia mengajak warga semakin aktif untuk menanam tanaman herbal di depan rumah. ’’Harapan saya, semua rumah punya tanaman seperti ini,’’ ujarnya.