Jawa Pos

Bingung Tulis Surat, Tak Tahu Prangko

Keseruan Anak-Anak Kunjungi Kantor Pos

-

SURABAYA – Bagi anak-anak yang terbiasa berbalas pesan secara instan dengan menggunaka­n gawai, mengunjung­i kantor pos merupakan pengalaman seru. Mereka belajar bahwa untuk mengirim kabar atau menerima pesan zaman dulu, dibutuhkan waktu lama. Dalam hitungan hari. Bukan detik seperti saat mereka menggunaka­n aplikasi di telepon genggam.

Tawa lepas dan celetukan-ce- letukan khas anak-anak terdengar di Kantor Pos Kebon Rojo yang kedatangan tamu-tamu dari SMP PGRI 6 Surabaya serta SD Al-Ikhlas Surabaya. Ratusan anak itu tampak antusias dalam aktivitas yang baru bagi mereka. ’’Mau kirim surat buat guru,’’ ujar Alfania Quratul Ainy, siswi SD Al Ikhlas, saat ditanya seorang pengunjung yang lain.

Beberapa tampak tak sabar ketika diminta antre membeli prangko. Ketika ditanya apakah tahu tentang prangko, mereka hanya tertawa sembari menggeleng­kan kepala. Sebagian hanya mengedikka­n bahu. Yang dipahami anak-anak itu, kertas bergambar berukuran mungil tersebut wajib ditempel agar surat mereka sampai ke tujuan.

Mereka juga kagok ketika diminta menulis surat. Hasilnya, isi surat mereka pun ala kadarnya. Contohnya, surat yang ditulis Zahrotul Fitria, siswa kelas VIII SMP PGRI 6, kepada gurunya, Ratih Sariwijaya. Dalam surat tersebut, Fitria berterima kasih kepada sang wali kelas karena sering guyon.

’’Total 136 siswa kami ajak. Kami beri tugas untuk menulis surat yang ditujukan ke guru atau teman. Supaya mereka punya pengalaman berkirim surat,’’ jelas Kepala SMP PGRI 6 Banu Atmoko.

Dia mengaku miris melihat siswa saat ini yang tak terbiasa menulis tangan. Juga, rendahnya kesadaran mereka tentang surat sebagai salah satu alat komunikasi. Karena itu, dia mengajak anak-anak berkirim surat di kantor pos sebelum berkunjung ke Museum 10 November, Tugu Pahlawan.

Kunjungan mereka, rupanya, mendapat hadiah tak terduga. Kepala Kantor Pos Kebon Rojo Adi Sunanto yang melihat banyak siswa yang datang langsung mengajak mereka tur ke bagian dalam bangunan yang pernah menjadi kediaman bupati Surabaya pada abad ke-19 tersebut.

Juga diperlihat­kan kepada anakanak bagaimana BUMN itu menyortir surat. Mereka juga mendapat penjelasan tentang sejarah PT Pos Indonesia. ’’Sebenarnya kami kan sudah punya wisata pos. Itu bagi siapa pun yang ingin mengetahui tentang PT Pos. Terutama kantor di Kebon Rojo yang berstatus cagar budaya,’’ jelas Adi.

 ?? GHOFUUR EKA/JAWA POS ?? KIRIM SURAT MASAL: Bocah-bocah SD Al Ikhlas Surabaya menunjukka­n amplop yang akan dikirimkan melalui kantor pos.
GHOFUUR EKA/JAWA POS KIRIM SURAT MASAL: Bocah-bocah SD Al Ikhlas Surabaya menunjukka­n amplop yang akan dikirimkan melalui kantor pos.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia