Setia Menulis di Blog
JIKA hendak mencari referensi kuliner di Malang, NengBiker.com boleh dibaca-baca dulu. Blog tersebut dirintis Dwi A.N. sejak 2008. Dia memang sangat cinta pada dunia menulis. Segala macam ditulisnya, mulai cinta-cintaan, otomotif (karena dia suka motor), hingga makan-makan.
’’Sekarang malah udah merambah ke tip nikah dan parenting. Tua banget ya aku,’’ ucap Dwi, lantas tertawa. Perempuan kelahiran Tegal, 2Januari1980,itumenamaiblognya
Neng Biker dari hobinya bermotor. Ketika mulai berpacaran, Dwi sulit
nongkrongbarengpacarnya.Sebab, si pacar bukan anak motor. Jalan tengahnya adalah makan bareng.
Saat itu dia mulai menulis tentang makanan. Ulasan tempat makan tersebut ternyata mendapat respons positif dari pembaca blognya.
Rating teratas juga jatuh pada artikel-artikel seputar makanan.
Akhirnya, perempuan yang akrab disapa Aik itu mulai banyak berwisata kuliner. Dia menyatakan, tidak ada standar baku untuk tempat makan yang bakal diulas.
’’Tapi, karena sekarang buanyak tempat baru, jadi pilih-pilih yang sesuai dengan kebutuhan. Ingin
sih mengatur tema. Misal bulan ini mi, bulan depan cokelat. Tapi, belum kesampaian,’’ ujar istri Faizal A.N. tersebut.
Jurnalis salah satu kanal berita online itu menjelaskan, review yang dia buat lebih berupa rekomendasi. Bukan penilaian enak atau tidak enak. ’’Biasanya akan aku rekomendasikan. Yang suka pedes ke sini, sini, sini. Apalah aku ngasih standar penilaian. Chef bukan, pinter masak juga enggak,’’ lanjutnya dengan gaya jenaka.
Lantaran blognya sudah cukup berumur, Aik sering mendapat tawaran endorse atau review on the spot. Namun, dia tidak membedakan ulasan yang ditulisnya. ’’Bedanya, kalau endorse, mungkin fotonya lebih banyak. Di artikelnya, aku juga nggak merekomendasikan
brand lain,’’ paparnya.
Dia menambahkan, dirinya pantang menulis ulasan jelek apalagi kritik. Aik pernah sekali memberi
review buruk. Itu pun karena sikap pemilik resto yang tidak asyik. Jikapun makanan yang disajikan terbilang tidak tertolong, dia tidak akan menuliskannya di blognya. ’’Paling aku tulis di Instagram atau dipasang di story-nya. Kalau ada yang komentar atau tanya pun bisa lebih tertutup lewat
direct message,’’ kata Aik.
Kini banyak food blogger yang bermigrasi ke Instagram. Namun, Aik konsisten mempertahankan blog. Caption Instagram, sepanjang apa pun, kurang cocok dengan gayanya. ’’Cukup sekali nyoba nulis panjang lebar di Instagram. Belum sampai closing saja sudah malas bacanya,’’ ucapnya.