BNN Harapkan Peran Aktif Level RT-RW
SURABAYA – Peredaran narkoba tidak akan habis jika hanya ditangani aparat negara. Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso (Buwas) berharap masyarakat di level RT dan RW berperan aktif.
Pernyataan tersebut diungkapkan Buwas saat menghadiri acara peletakan batu pertama pembangunan Kantor BNNP Jatim di Jalan Raya Sukomanunggal 55–56, Surabaya, kemarin.
Buwas menganggap para tokoh masyarakat di level yang paling dasar itu sebagai sumber daya penting. ’’Siapa yang mau anaknya teler, pencegahan harus di level RT-RW,” katanya.
Argumentasi tersebut disajikan Buwas setelah melihat temuan BNNP Kalteng dan BNNK Palangka Raya. Pada 19 Agustus 2017, petugas mendapati bayi berusia 5 bulan yang positif terpapar sabusabu. Ayah bayi itu, M. Denny Hidayat, adalah pengedar sabusabu. RI, ibu bayi tersebut, menjadi pecandu anyaran selama 1,5 bulan. ’’Terpapar sabu-sabu dari ASI ibunya,” jelas mantan Kabareskrim Polri itu.
Buwas menuturkan, kasus tersebut bisa terjadi karena luputnya pengawasan masyarakat terhadap lingkungan sekitar. Menurut dia, pemerintah daerah hingga level kelurahan harus mewaspadai peredaran narkoba. ’’Setahun, sabusabu yang masuk ke sini (Indonesia, Red) 250 ton. Lha kok kita masih bisa tidur nyenyak? Ini kondisi darurat,” tegasnya.
Gubernur Jatim Soekarwo yang juga hadir dalam acara itu mengamini pernyataan Buwas. Bahkan, konsep tiga pilar (Polri, TNI, pemkot) menggema di Kota Pahlawan sejak 2011. Dalam praktiknya, Kapolsek, Dandim, dan camat bertanggung jawab atas kamtibmas di wilayah masing-masing. Mereka harus sering menyerap aspirasi masyarakat dan mengatasi permasalahan yang muncul. ’’Konsep ini sudah jalan, dan efeknya luar biasa,” ujar pria yang akrab disapa Pakdhe Karwo itu.
Menurut dia, sabu-sabu yang dikirim ke Indonesia merupakan bagian dari proxy war internasional. Artinya, negara lain yang memasok sabu-sabu berusaha menghancurkan Indonesia dengan bentuk kekuatan yang lain.