Anggota dari Beragam Profesi, Pernah Bertemu Kawanan Lumba-Lumba
Melihat Komunitas Mancing Keluarga Tulungagung
Komunitas Mancing Keluarga Tulungagung rajin berkeliling ke berbagai spot memancing. Mereka juga sering mengajak anak dan istri.
WHENDY GIGIH PERKASA, Tulungagung
SERING memancing bareng. Itulah yang mengawali terbentuknya komunitas ini.
Komunitas Mancing Keluarga Tulungagung beranggota 25 orang. Dengan 10 anggota aktif, mereka juga kerap mengajak anak dan istri memancing di lautan. Sigit Wicaksono, 44, salah seorang anggota aktif, mengatakan bahwa semua yang tergabung dalam komunitas itu adalah kaum adam dan sudah bapak-bapak. Para anggota berasal dari beragam profesi. Namun, kebanyakan para pengusaha.
Ketua Komunitas Mancing Keluarga Tulungagung Wahyu Wibowo menambahkan, komunitas tersebut memang terbentuk dari hobi yang sama, memancing. Agar lebih solid dan semakin akrab, dibentuklah komunitas.
’’Komunitas berdiri sejak 2015 ,” ungkapnya.
Warga Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru, itu menerangkan, para anggota sudah memancing ke berbagai lokasi. Misalnya, Popoh, Sine, dan Prigi. Mereka berangkat dengan menyewa perahu. Biasanya pergi pukul 16.00 dan pulang besok paginya pukul 06.00.
Komunitas tersebut dibentuk untuk refreshing, melupakan sejenak urusan dunia kerja. ’’Pemandangan di laut itu indah,” jelasnya.
Selama memancing, lanjut Wahyu, banyak pengalaman menarik. Misalnya, bertemu kawanan lumba-lumba. Berhadapan dengan cuaca buruk juga sudah bukan hal baru. Saat berangkat cuaca cerah, tapi saat tiba di lautan lepas, kadang cuaca berubah badai dengan ombak besar.
Ada juga hal menarik. Jika ada anggota komunitas dalam satu perahu tidak mendapatkan ikan, dia pasti menjadi bahan olokan. Bukan hanya itu, mabuk laut gara-gara memasang alat pancing dan berebut knalpot genset karena udara dingin menyengat juga pernah dialami.
’’Kebetulan, kami semuanya suka dan bisa bermain musik. Jadi, saat cuaca buruk, kami tidak mancing, tapi ngeband,” jelas Wahyu.
Wahadi Bowo, anggota komunitas yang lain, menerangkan, sebelum berangkat memancing, segala keperluan harus dipersiapkan. Yang paling penting itu fisik. Sebab, mereka bakal menghadapi guncangan di perahu karena diterjang ombak. Jika fisik tidak siap, mereka bakal pusing dan mabuk laut. Yang fatal adalah batal memancing.
Kebutuhan lain juga wajib dibawa. Misalnya, kopi dan peralatan pancing. Mereka memakai perahu nelayan khusus mengantar pemancing dan nakhoda kapal untuk mengetahui spot-spot yang banyak ikannya. Tentu, juga dilengkapi peralatan safety.
Anggota Komunitas Mancing Keluarga Tulungagung sering mengajak anak dan istri memancing. Ikan hasil tangkapan dimakan bersama-sama. Dalam sebulan, mereka bisa dua sampai tiga kali memancing di lautan, bergantung cuaca.