Jawa Pos

BNNK Amankan Komunitas Pesta SS

-

SURABAYA – Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya masih mengembang­kan temuan kasus pesta narkoba yang dibayar dengan persetubuh­an. Setelah mengamanka­n OK dan MS pada Jumat malam (9/2), petugas kembali menangkap tiga pemuda lain yang terkait. Mereka ternyata anggota komunitas yang rutin berpesta narkoba.

Tiga pemuda berusia 20–21 tahun itu berinisial MF, AS, dan IGS. Mereka diringkus di ruko kawasan Surabaya Barat. Petugas memancing mereka melalui telepon genggam OK yang disita. Ketika muncul, ketiganya langsung ditangkap.

Berdasar hasil tes urine, MF dan AS terindikas­i mengonsums­i sabu-sabu (SS)

Sedangkan IGS tertangkap sedang membawa tembakau super (tesu). ”Selama ini OK mendapatka­n narkoba dari komunitasn­ya,” ujar Kepala BNNK Surabaya AKBP Suparti.

Komunitas tersebut dibentuk lima tahun lalu atau saat MF, AS, dan IGS masih berseragam putih abu-abu. Mereka adalah teman cangkruk. Awalnya mereka hanya minum minuman keras. Lalu, mengonsums­i ganja, SS, dan tesu. Sampai saat ini pun, mereka aktif mengonsums­i lebih dari satu zat adiktif. ”Jika pesta, urunan bawa sendiri-sendiri, bergantung punyanya apa,” jelas mantan Kasubbaghu­mas Polrestabe­s Surabaya itu.

Dalam komunitas tersebut, OK menjadi anggota paling muda. Anggota komunitas berasal dari beberapa sekolah swasta dan negeri. Untuk memudahkan komunikasi, dibentukla­h grup di aplikasi Line. Di dalam grup tersebut, para anggota saling bertukar informasi. Terutama terkait perkembang­an zat adiktif jenis baru. ”Mereka selalu update,” lanjut Suparti.

Misalnya, narkoba jenis tesu yang dibawa IGS. Tembakau tersebut jarang ada di Surabaya. Biasanya di Kota Pahlawan beredar synthetic cannabinoi­d jenis AB-Chminaca.

Berdasar hasil laboratori­um, tesu milik IGS mengandung ABFubinaca. Keduanya sama-sama dilarang sesuai Permenkes Nomor 41/2017 tentang Perubahan Penggolong­an Narkotika. ”Ini kali pertama kami menangani jenis ini,” terangnya.

Sementara itu, MS, siswi SMA yang mau disetubuhi agar mendapat narkoba, mengaku kecanduan sabu-sabu sejak setahun lalu. Setelah ibunya meninggal dunia, hidupnya berubah. Ayah kandungnya meninggalk­an keluargany­a sejak dia masih berusia 1 tahun. Meski hidup dengan keluarga pamannya di sebuah perumahan elite di Surabaya Barat, pergaulann­ya tidak terkontrol. ’’Hampir tiap hari nongkrong di warung kopi daerah Benowo dan Manukan,” ujarnya.

Kurangnya pengawasan itu pula yang membuat MS berani berhubunga­n badan dengan pacarnya. Dia mengaku hubungan itu atas dasar suka sama suka. Peristiwa tersebut seolah menjadi momen terbukanya keran untuk perbuatan yang lain. ’’Setelah itu, mulai kenal narkoba,” ujar anak semata wayang tersebut.

Perkenalan MS dengan sabusabu berawal dari teman nongkrong. Dia mengaku tidak pernah mengeluark­an uang sepeser pun untuk menikmati SS. Selama ini dia mendapatka­n SS gratis dari teman-temannya. Dia menghitung, sudah tiga laki-laki yang memberinya SS secara rutin. Semuanya dikenal lewat cangkrukan. Selain SS, dia biasa mengonsums­i pil koplo. ”Tapi, mereka tidak pernah minta bayaran apa pun,” terang siswi sebuah SMA swasta di daerah Benowo itu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia