Jawa Pos

Tak Mau Lagi Diundang dengan Visa Turis

Tiap kali manggung di luar negeri, semua keperluan Waldjinah dan Didi Kempot selalu diurus pihak pengundang. Wajib tahu siapa promotor, lokasi, audiens, dan apakah KBRI mengetahui kegiatan yang akan didatangi.

-

dapat tawaran manggung di luar negeri, ada banyak hal yang diperhatik­an benar oleh Waldjinah

Di antaranya promotor, lokasi tampil, dan siapa audiensnya.

”Yang paling penting apakah Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) tahu kegiatan ini,” jelas penyanyi keroncong legendaris itu kepada Jawa Pos Radar Solo.

Alhasil, penyanyi berjuluk Si Walang Kekek tersebut tak pernah mengalami kejadian pahit di negara mana pun dia manggung. Bahkan, dia tinggal datang dan tampil pada hari yang ditentukan.

Karena itu, Waldjinah merasa sangat prihatin atas apa yang dialami Cak Percil dan Cak Yudho. Dua pelawak asal Jawa Timur tersebut sejak 4 Februari lalu ditahan Imigrasi Hongkong karena melanggar aturan visa. Mereka tampil dan mendapatka­n bayaran, tapi masuk ke Hongkong dengan menggunaka­n visa turis. Harusnya dengan visa kerja. ”Saya berharap ini cepat selesai. Saya mau dua pelawak itu dibebaskan dari penjara,” harap Waldjinah saat ditemui di kediamanny­a di Solo, Jawa Tengah.

Cak Percil, Cak Yudho, dan Waldjinah hanyalah sebagian ”seniman tradisiona­l” yang kerap wira-wiri manggung di luar negeri. Kalau boleh didefinisi­kan secara longgar, seniman tradisiona­l itu merujuk kepada mereka yang karirnya berangkat atau lekat dengan seni tradisiona­l.

Deni Afriandi dan Yudo Prasetyo, nama asli dua pelawak tersebut, misalnya, kerap manggung limbukan di pertunjuka­n wayang kulit. Nah, seniman seperti mereka itu –meski umumnya luput dari arus utama pemberitaa­n– yang biasanya jadi target untuk diundang komunitas Indonesia, terutama komunitas tenaga kerja Indonesia, di luar negeri.

Didi Kempot, si raja campursari, juga termasuk yang kerap mendapat undangan dari luar negeri. Berkalikal­i dia diundang ke Malaysia, Belanda, dan Suriname.

Nah, dalam tiap kesempatan ke luar Indonesia itu, Didi juga tahunya beres. Mulai tiket pesawat, visa, hotel, hingga perizinan tempat pertunjuka­n dan perizinan lainnya. ”Saya tahu beres dari sononya,” ujar putra pelawak Ranto Edi Gudel tersebut kepada Jawa Pos kemarin (10/2).

Dan tak sekali pun Didi tersandung masalah. Padahal, visa yang dia gunakan pun selalu visa turis. Sama seperti Cak Percil dan Cak Yudho. Karena itulah, dia merasa sangat prihatin mengapa dua koleganya sesama seniman tersebut bisa sampai ditahan. ”Mesake bocah-bocah kok dilalah kaya ngene (kasihan anak-anak kok jadi seperti ini, Red). Selama ini aku ya nggak pakai visa kerja,” ujar pria kelahiran Surakarta pada 31 Desember 1966 itu.

Setelah kasus yang menimpa Percil dan Yudho, Didi tak akan mau lagi diundang ke luar negeri dengan visa kunjungan. ”Dalam benak teman-teman seniman pasti sama. Ini jadi pelajaran buat semuanya,” tutur dia.

Waldjinah maupun Didi Kempot sama-sama berharap pihak pengundang turut bertanggun­g jawab. ”Pelaku seni ini kan diundang. Nah, biasanya itu semuanya sudah ada yang mengurus. Lha ini bagaimana bisa sampai kejadian seperti ini?” ucap Waldjinah.

 ?? DAMIANUS BRAM/JAWA POS RADAR SOLO ?? Didi Kempot
DAMIANUS BRAM/JAWA POS RADAR SOLO Didi Kempot
 ?? DAMIANUS BRAM/JAWA POS RADAR SOLO ?? Waldjinah
DAMIANUS BRAM/JAWA POS RADAR SOLO Waldjinah

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia