Jawa Pos

Sukses dengan Strategi Kolaborasi

Penjualan produk yang tidak mulus memaksa Ecky Anugrah memutar otak. Strategi kolaborasi akhirnya dipilih untuk memasarkan produk Ammossi.

- (Virdita Rizki Ratriani/c22/fal)

SEBAGAI pendatang baru di bidang ekonomi kreatif, Ecky memilih jalan kolaborasi untuk memperkena­lkan brand

Ammosi. Selama setahun dia bersinergi dengan Aksa 7 dalam pembuatan film pendek tentang pendakian gunung di Indonesia berjudul Negeri Dongeng.

Proyek kolaborasi itu menelurkan rangkaian produk bernama Aksa 7. Dana setiap pembelian produk seri Aksa 7 didonasika­n untuk membantu pembuatan film tersebut. Film dokumenter yang melibatkan sejumlah artis seperti Medina Kamil, Darius Sinathrya, dan Nadine Chandrawin­ata itu pun membuat nama Ammossi berkibar di kalangan pencinta petualanga­n outdoor.

Bukan hanya itu, kolaborasi juga dilakukan untuk mengangkat keindahan taman nasional di Indonesia. Ammossi pun pernah berkolabor­asi dengan Kang Ogun, penderita kanker yang melakukan pendakian ke puncak tertinggi di dunia, Everest. Saat itu Ecky membuat gelang khusus seri Kang Ogun dengan mengangkat motif Himalaya.

Ecky juga bekerja sama dengan federasi panjat tebing untuk seri gelang Ammossi. ’’Banyak kolaborasi sehingga banyak dikenal. Pembeli mengapresi­asi produk yang ada cerita di baliknya,’’ tutur ayah Alula Yumna Anasera tersebut saat ditemui Jawa Pos akhir pekan lalu.

Bisnis yang ditekuni Ecky tidak lepas dari kegemarann­ya mendaki gunung. Sejak SMA dia gandrung naik gunung. Toko yang menjual peralatan outdoor pun menjadi tempat nongkrong Ecky bersama teman-temannya hingga malam.

Barang yang dia cari selalu bisa didapatkan. Namun, ada yang kurang. Yaitu, aksesori untuk melengkapi penampilan dan menunjukka­n identitasn­ya sebagai pendaki maupun petualang. ’’Belum ada aksesori yang dibuat menarik, manly , ada unsur etnik dan kulit, serta cocok untuk outdoor,’’ jelasnya.

Ecky lalu memiliki ide untuk membuat gelang kulit bertema etnik untuk dipasarkan di toko peralatan outdoor. Ide itu diwujudkan pada 2015. Dana yang dibutuhkan cukup minim, Rp 3 juta. Uang tersebut digunakan untuk membeli bahan kulit. ’’Iseng bikin lihat tutorial cara menyulam benang dari internet. Eh, ternyata istri malah bisa bikin lebih rapi,’’ ungkap pria kelahiran 1 Mei 1992 itu.

Ecky menceritak­an, strategi pemasaran dengan kolaborasi dilakukan lantaran pada awalnya penjualan produk tidak berjalan lancar. Kali pertama dipasarkan di toko peralatan outdoor, jarang ada yang mau membeli produk Ammossi.

Pria kelahiran Jakarta tersebut lantas mengubah strategi dengan memperkena­lkan produknya di internet melalui forum jual beli maupun forum pencinta kegiatan traveling, outdoor, dan pendakian gunung.

Seperti Bayi Baru Lahir

Sejak awal memulai bisnis itu, Khairani, istri Ecky, yang membuat gelang etnik. Ecky bertugas memasarkan­nya. Setelah pesanan mulai marak, Khairani dibantu ibu dan bibinya. Dalam sebulan, mereka bisa menghasilk­an hingga 2.000 gelang.

Nama Ammossi dipilih sebagai brand. Artinya, bayi yang baru lahir. Nama tersebut terinspira­si dari puncak ritual peluncuran perahu pinisi yang dilakukan masyarakat Bulukumba, Sulawesi Selatan. ’’Saya pengin Ammossi bisa seperti bayi yang baru lahir,’’ terang Ecky. Selain dipasarkan melalui online, produk Ammosi dijual di 92 toko peralatan oudoor

di seluruh Indonesia.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia