Dorong Bioskop untuk Film Pendek
CHAND PARWEZ SERVIA
Respons penonton terhadap film lokal tumbuh dramatis selama dua tahun terakhir. Hingga akhir 2017, jumlahnya mencapai 42,7 juta. Naik dari 37,2 juta pada 2016. Berikut obrolan wartawan Jawa Pos Glandy Burnama dengan presiden direktur Starvision Plus sekaligus ketua umum Badan Perfilman Indonesia (BPI).
Apa yang membuat penikmat film mulai antusias menonton film dalam negeri di tengah banyaknya film impor?
Masyarakat sekarang sudah mulai memahami film dari segi balik layar. Artinya, mereka juga mempertimbangkan kredibilitas sutradara, penulis naskah, rumah produksi, serta kualitas aktor dan aktris yang berperan.
Anda sudah nyemplung ke dunia film selama tiga dekade dan melahirkan lebih dari 80 judul film. Sebagai orang yang banyak makan asam garam, menurut Anda, apa saja yang memengaruhi kesuksesan sebuah film?
Ada empat stakeholder yang berperan penting, yakni rumah produksi, exhibitor atau bioskop, pemerintah atau regulator, dan penonton. Rumah produksi dan bioskop harus bisa merilis dan memutar film-film berkualitas. Pemerintah atau regulator harus bisa mengawasi agar industri perfilman bisa berkembang tanpa pelanggaran. Jika ketiganya bekerja dengan baik, penonton akan mengapresiasi dan antusias.
Apa kekuatan film Indonesia dibanding film asing?
Film Indonesia memiliki nilai kedekatan lebih dengan penonton. Misalnya, dari segi bahasa, tentu lebih mudah dipahami. Dari segi cerita, budaya, dan lingkungan setting film, penonton juga bisa lebih terhubung.
Apa yang menjadi tantangan terbesar bagi insan film nasional?
Para produsen film harus lebih jeli membaca selera pasar. Bioskop arthouse yang memfasilitasi film indie atau film pendek pun perlu dikembangkan.
Kira-kira genre film apa yang bakal bersinar tahun ini?
Horor dan drama komedi sepertinya masih bisa sukses pada 2018.