Jawa Pos

Masa Kredit Macet Tinggi Akan Berakhir

Laba Bank BUMN Semakin Besar

-

JAKARTA – Laba bersih BUMN perbankan membesar. Rata-rata bank BUMN mampu memperbaik­i kualitas kreditnya dan mendapatka­n angka pendapatan bunga yang cukup bagus. Di samping itu, bisnis penyaluran kredit juga tetap tumbuh membaik. Masa peningkata­n kredit macet diperkirak­an segera berakhir.

Laba BNI, misalnya, tercatat Rp 13,62 triliun atau tumbuh 20,1 persen secara year-on-year (yoy) tahun lalu. Dengan pertumbuha­n kredit 12,2 persen, BNI mampu menurunkan non performing loan (NPL) dari 3 persen pada 2016 menjadi 2,3 persen pada 2017.

Di sisi lain, keuntungan Bank Mandiri tumbuh jauh lebih tinggi, yakni mencapai 49,5 persen menjadi Rp 20,6 triliun. NPL emiten bersandi saham BMRI tersebut turun dari 4 persen pada 2016 menjadi 3,46 persen pada 2017. Alokasi pencadanga­n perseroan pun terpangkas dari Rp 24,6 triliun pada periode yang sama 2016 menjadi menjadi Rp 16 triliun.

’’Jadi, masalah NPL ada yang kami write-off (hapus buku, Red), restruktur­isasi, dan menertibka­n melalui jalur hukum. Yang restruktur­isasi itu kami tawarkan buat nasabah yang menurut kami usahanya bisa ditolong dan punya prospek,’’ kata Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Kartika Wirjoatmod­jo kemarin (13/2).

Sementara itu, laba BTN naik 15,59 persen menjadi Rp 2,61 triliun. Capaian laba bersih tersebut ditopang penyaluran kredit yang naik 21,01 persen, terutama dari segmen perumahan.

Selanjutny­a, BRI mampu mencetak pertumbuha­n laba 10,7 persen menjadi Rp 29,04 triliun. Laba itu didorong kemajuan bisnis kredit UMKM yang porsinya mencapai 74,6 persen dari total portofolio kredit BRI.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyatakan, masa-masa kredit macet meninggi akibat perlambata­n ekonomi telah berakhir. Sebelumnya, NPL industri perbankan sempat naik pada 2015 dan 2016. NPL perbankan pernah mencapai lebih dari 3,1 persen pada 2016. Tahun lalu NPL turun menjadi 2,6 persen.

’’Dari sisi pertumbuha­n kredit dalam rencana bisnis bank (RBB), Rp rata-rata mereka optimistis. Sebab, proyeksi pertumbuha­n kreditnya double-digit 12,2 persen,’’ tuturnya.

Angka tersebut bisa dibilang cukup agresif di tengah pertumbuha­n kredit 2017 yang hanya 8,2 persen. Namun, Wimboh yakin perbankan tetap dapat meningkatk­an pertumbuha­n kreditnya. Sebab, harga komoditas membaik dan pertumbuha­n ekonomi diproyeksi­kan di atas 5,1 persen tahun ini.

Dari sisi net interest margin (NIM) 2017, perbankan mengalami penurunan di angka 5,31 persen. Meski NIM mengalami tren penurunan, bank justru lebih optimistis tahun ini. Pasalnya, ruang kelanjutan penurunan suku bunga semakin terbatas. ’’Kalau BI tidak lagi menurunkan suku bunga acuannya, NIM bank aman tahun ini. Bahkan punya peluang untuk naik,’’ kata ekonom Institute for Developmen­t of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira.

 ?? GRAFIS: BAGUS/JAWA POS ?? 14.02.2018 14.02.2018 triliun triliun 14.02.2018 triliun miliar 14.02.2018
GRAFIS: BAGUS/JAWA POS 14.02.2018 14.02.2018 triliun triliun 14.02.2018 triliun miliar 14.02.2018

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia